Perkongsian ilmu dan informasi yang berkaitan dengan Islam dan akhir zaman berdasarkan akidah ahlus sunnah wal jamaah.

2015
40 Hadis Akhir Zaman Abdul Rahman Chao Abu Bakar As-Siddiq r.a Ahmad Deedat Akhbar Akhir Zaman Akidah Ahli As-Sunnah Wal-Jamaah Mengikut Manhaj Salaf As-Soleh Akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah Al Malhamah Al Kubra Al-Faedah Al-Farabi Al-Khazini Al-Qassam Al-Quran Alam Barzakh Alkitab Amalan Terbalik Apa Itu Iman Arnold Fandor Asmaa’ullaahul Husnaa Audio Babi Bacaan Al-Quran bangsa Rum Biarawati Bible Bid'ah Bidadari Bolasepak Bujang Cara Hidup Islam Carissa D. Lamkahouan Chika Nakamura Dajjal Laknatullah Dakwah Dakwah Maya Dalil-Dalil Tentang Tauhid Damaskus Dato Syeikh Muhammad Fuad Al Maliki Daulah Islam Doa Download Dr. Ibrahim bin Muhammad Al-Buraikan Dukun Dunia Islam Dunia Oh Dunia Eric Gabriel Mason Facebook Note Fakta Ilmiah False Flag Fathul Bari Featured Felix Y. Siauw Felixia Yeap Filem 2012 Freemason Global Warming Habib Ali Zaenal Abidin Al-Hamid Hablum Minallah Hadis Hadis Akhir Zaman Hadis Qudsi Hafiz Hajar Aswad Haji Haram Hidayah Hijab Hudud Hukum & Fatwa Ibn Qayyim Ibn Tufail Ibnu Hajar Al-Asqalani Ibu Bapa Illuminati Imam Al-Bukhari Imam Al-Ghazali Imam Bukhari Imam Habib Abdullah Haddad Imam Mahdi Imam Muslim Imam Nawawi Iman Bertambah Dan Berkurang Infaq Injil IS ISIS Islam Islam di Malaysia Islam Itu Indah Isra' Mikraj Istilah Dalam Islam Jabhatul Islamiyyah JAKIM Jana Petersen Jihad Jimak Jom Hafal Jurusalem Kaabah Kafir Kebenaran Islam Kebesaran Allah Keindahan Islam Kesempurnaan Iman Adalah Kesempurnaan Agama Keutamaan Kasih Sayang Khilafah Kiamat Kisah & Teladan Kisah Cinta Kisah Mualaf Kisah Para Nabi Kisah Para Sahabat Kiswah Kitab Allah Kitab Hadis Kitab Jual Beli Kitab Pemerintahan Korea Kristian Kuasa Allah Kubur Lelaki Live HD Loo Jo Yee Luqman Al-Hakim Madinah Maksud Ilah Dalam Al-Quran Mantan Pendeta Masjid Jamek Umawi Masjid Sana'a Masjidil Aqsa Mazdakisme Mekah Mentalqin Maut (Orang Nazak) Meteor MLM Motivasi Movie Muhammad Nashiruddin Al-Albani Mujahid Mujahidin Mukasyafatul Qulub Mukjizat Mukmin Sejati Munakahat Musa Caplan Muslimah Nabi Isa AS Nabi Muhammad SAW Nabi Saleh AS Nasihat Natasha Farani Neraka Niqab Nuzul al-Quran Onani Panduan Panduan Mengenal Kalimah Tauhid Panji Hitam Paulus Pemerintah Pemimpin Pendakwah Sabah Pendidikan Pengetahuan Penghinaan Kepada Islam Penyembuhan Islam Perancangan Jahat Yahudi Perang Armageddon Peribadi Rasulullah SAW Perkahwinan Perniagaan Pondok Sungai Durian Pope Projek Menghafal 10 Ayat Awal Surah Al-Kahfi Puasa Pulau Pinang Purdah Ramadhan Rasulullah SAW Renungan Riba Rukun Iman Rukun Islam Ruqyah Saddam Hussein Sahabat Nabi Sahabat Yamima Saham Akhirat Sahih Sahih Bukhari Sakit Perut Salaf Salaf As-Soleh Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW Sejarah Imam Sejarah Islam Selawat Selebriti Semasa Serban Sheikh Imran Hosein Soal Jawab Agama Solat Suami Suara Mualaf Subahanallah Sufi Sultan Perak Sungai Furat Sunnah Rasulullah Surah Al-Khafi Surah Palsu Surat Al-Kahf Suriah Syaitan Syam Syarah Hadis Syarat Kedua: YAKIN Syarat Keempat: IKHLAS Syarat Keenam: BERSERAH Syarat Kelima: MENERIMA Syarat Ketiga: PERCAYA Syarat Ketujuh: CINTA Syarat Pertama: ILMU Syarat-Syarat Kalimah Laa Ilaaha Illallah Syiah Syria Tahlil dan Doa Selamat Tanya Jawab Tarawih Taubat Tauhid Tazkirah Teknologi Tentera Amerika Terjemahan Hadits Shahih Muslim Terrorist The Cave Tilawah Al-Quran Tokek Tokoh Islam Tuan Guru Haji Musa Tujuan Para Nabi Dan Para Rasul Diutus Tutorial Ulama Umum Unta Update Terkini Gaza Ustaz Abdul Basit Abdul Rahman Ustaz Abdul Halim Abas Ustaz Azhar Idrus Valentine’s Day Video Wahabi Wali Allah Wanita Waraqah bintu Naufal Windows 8 Yahudi Yakjuj dan Makjuj Yesus Zikir Zulkifli M Ali

PERISTIWA SEKARANG DAN AKAN DATANG SAATNYA

“Sahabat Muaz bin Jabal juga melaporkan sebuah hadis. Rasulullah (SAW) berkata , ‘Setelah Baitulmaqdis (Jerusalem) makmur , Yathrib (Madinah) hancur. Setelah Yathrib hancur , terjadilah al Malhamah (PERANG BESAR). Setelah itu , Konstantinopel ditakluki. Kemudian muncullah Dajjal." (Riwayat Abu Daud)

Abu Daud meriwayatkan hadis yang dilaporkan oleh Abdullah bin Bisyr bahawa Rasulullah (SAW) berkata : ‘Jarak antara PERTEMPURAN YANG DAHSYAT dan penaklukan Konstantinopel TUJUH TAHUN , lalu pada TAHUN KETUJUH , Dajjal keluar.’

Petikan dari manuskrip di Turki :

SEKARANG >>> Dalam rangkaian Hijrah seribu empat ratus (1400) (tahun) dan hitungan dua (1420+20=1420H) atau tiga (1400+30=1430H)……. (ada data yang hilang) Al-MAHDI AL AMIN keluar dan MEMERANGI SELURUH DUNIA dan menghimpun orang-orang sesat dan dimurkai Tuhan , dan orang-orang yang terseret dalam kemunafikan di bumi Isra’ dan Mi’raj di tepi bukit MAJIDUN (Bukit Mageddo).

SEKARANG >>> Dalam perang itu keluar seorang ratu dunia , pelaku makar dan pelacur. Namanya AMIRIKA. Ia menggoda dunia waktu itu dalam kesesatan dan kekafiran. Sementara itu Yahudi dunia saat itu berada di tempat yang paling tinggi. Mereka menguasai seluruh Al QUDS dan Al MADINAH Al MUQADDASAH (Kota yang disucikan).

SEKARANG >>> Semua negeri (NEGARA-NEGARA KAFIR BERSATU) datang dari laut dan udara , kecuali negeri salju yang menakutkan dan negeri panasyang menakutkan. AL MAHDI melihat (KASYAF) bahwa seluruh dunia melakukan makar buruk kepada dirinya dan ia melihat bahwa makar Allah lebih hebat lagi. Ia melihat bahwa seluruh alam Tuhan berada dalam kekuasaannya. Akhir dari perang itu ada di tangannya, dan seluruh dunia merupakan pohon yang dimilikinya dari dahan hingga ranting-rantingnya.

SEKARANG >>> Di tanah Isra’ dan Mi’raj terjadi perang dunia yang disitu Al Mahdi memberi peringatan kepada orang-orang kafir bila mereka tidak mau keluar. Maka orang-orang kafir dunia berkumpul untuk memerangi Al Mahdi dalam pasukan sangat besar yang belum pernah dilihat sebelumnya. Dalam kelompok kekuatan Yahudi Al KHAZAR dan Bani Israel masih terdapat pasukan lain yang tidak diketahui jumlahnya.



 AKAN DATANG SAATNYA >>> Al Mahdi melihat (KASYAF) bahwa siksa Allah sangat mengerikan dan bahwa janji Allah benar-benar telah datang dan tidak diakhirkan lagi. Kemudian Allah MELEMPARI mereka dengan lemparan yang dahsyat (NUCLEAR OR ASTEROID (HUJAN BATU). Bumi , lautan dan langit terbakar , untuk mereka, dan langit menurunkan hujan yang sangat buruk. Seluruh penduduk bumi mengutuk orang kafir dunia , dan Allah mengizinkan lenyapnya seluruh orang kafir di Perang DAJJAL , dan perangnya terjadi di negeri Syam dan kejahatan………”. (Hadis Riwayat Abu Hurairah)

Teks penuh manuskrip >>> https://m.facebook.com/1479654218912920/photos/a.1480846785460330.1073741828.1479654218912920/1520558694822472/?type=3&source=56

Efek dari perang dajjal ini , pastinya menyebabkan munculnya ASAP (AD DUKHAN). Disebabkan hentaman keras dari langit ke bumi yang berupa asteroid (HUJAN BATU >>> LEMPARAN dari Allah) untuk selamatkan Al Mahdi dan bala tenteranya dari serangan orang-orang kafir dunia atau hentaman NUKLEAR. Menjadi malapetaka buat orang kafir dunia.

Perang dajjal dan Asap (dukhan) akan berlaku setelah BINTANG BEREKOR melintasi bumi sebagaimana dalam riwayat :

Ibnu Jarir meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Abu Malikah , berkata : “Pada suatu pagi saya pergi kepada Ibn ‘Abbas.” Maka ia berkata : “Malam tadi aku tidak dapat tidur sampai pagi.” Aku bertanya , “Apa Sebabnya.” Beliau menjawab , “Karena orang-orang berkata bahwa bintang berekor sudah terbit , maka saya cemas akan kedatangan ASAP (dukhan) yang sudah mengetuk pintu, maka saya tidak dapat tidur sampai pagi.” Ibnu Katsir berkata , “Sanad perkataan ini adalah shahih kepada Ibn ‘Abbas(Tafsir Ibn Katsir).

Sabda Rasulullah SAW : “..antara tanda muncul Imam Mahadi ialah munculnya bintang berekor dengan ekornya bercahaya menerangi langit dan meyebabkan tenggelamnya kawasan pantai”

Kata Saidina Ali RA Saidina Ali : mengungkapkan dalam catatannya (Jufr Ahmar) : "Kedatangan Al Mahdi akan di dahului oleh kemunculan bintang yang ekornya menakjubkan , bukan seperti bintang yang kamu lihat muncul setiap dua pertiga pada satu dekad (sepuluh tahun) dan bukan juga bintang yang muncul pada dua pertiga abad dan bukan juga bintang yang muncul setiap abad. Tetapi ia adalah bintang berabad abad , yang diliputi api , salji , udara dan tanah. Ekornya memanjang , kelajuannya seperti kelajuan cahaya matahari ketika menyonsong fajar. Hujung depannya bertemu dengan hujung belakangnya seperti lingkaran raksasa memancarkan sinar terang dalam langit yang gelap seperti matahari yang terbit. Kemudian bintang itu akan kembali beredar pada orbitnya. Setelah itu akan datang banyak malapetaka dan kematian yang merupakan keuntungan bagi orang-orang yang baik , dan ia merupakan kerugian bagi orang-orang yang jahat".

"BINTANG BEREKOR" >>> Comet ISON 2012

SEKARANG DAN AKAN DATANG SAATNYA >>> "Setelah itu akan datang banyak kematian yang merupakan keuntungan bagi orang-orang yang baik , dan ia merupakan kerugian bagi orang-orang yang jahat". (Saidina Ali)

"KEUNTUNGAN BAGI ORANG YANG BAIK , KERUGIAN BAGI ORANG YANG JAHAT"

***

(A10) MANUSKRIP DI TURKI RAMALAN PERANG DUNIA KETIGA

Nabi memang pernah menceritakan segala hal peristiwa besar yang bakal terjadi di masa mendatang. Waktu itu sehabis Isya' , Nabi memberi pengajian tak seperti biasa. Isinya mengenai kejadian-kejadian penting yang akan terjadi di masa mendatang sampai hari kiamat.

“Tak ada seorang pemimpin pun di masa mendatang yang memimpin 300 orang atau lebih kecuali aku diberitahukan nama dan ciri-cirinya,”. Begitu mahfum Nabi.

Seorang sahabat berkata , kami malam itu bersaing adu hafalan tentang nubuwah-nubuwah nabi itu. Kami tak sanggup menghafal semua nama-nama itu (mungkin kerana nama-nama non arab dan lokasi kejadiannya yg futuristik). Sebut misalnya Nabi menyebut kata Jirman (Jerman) , Hitler , Ar-Rusy (Rusia) , dll. Para sahabat masih susah menghafal nama-nama seperti Anwar Sadat , Saddam , Nasher , dll. Atau lokasi seperti Mesir , negeri isra’ miraj (palestina israel) , bani israil dll.

Hal itu terungkap di sebuah manuskrip kuno. Belum lama ini telah ditemukan manuskrip tentang nubuwah masa depan ini di Turki.

Ini adalah perkataan nabi di manuskrip yang ditulis ulang oleh peneliti berjudul : “Salam wa Harb fi Akhir Zaman ar Rabb“.

“Perang akhir zaman adalah Perang Dunia , yakni kali ketiga sesudah dua perang besar sebelumnya. Banyak sekali yang mati di dalamnya. Perang dikobarkan oleh seorang laki-laki yang merupakan kucing besar di negeri gelas dan mahkota di kepala. Sementara Perang Kedua dikobarkan oleh seorang laki-laki yang nama panggilannya adalah Tuan Besar dan seluruh dunia memanggilnya Hitler”. (riwayat Abu Hurairah)

Abu Hurairah –menjelang maut– berkata : “Dalam rangkaian (hitungan) Hijrah sesudah seribu tiga ratus (tahun) , dan mereka mengikat perjanjian yang disitu Raja Roma melihat bahwa perang semesta dunia pasti terjadi. Allah menghendaki terjadinya perang. Dan waktu tidak berjalan tanpa perjanjian dan perjanjian. Lalu berkuasalah seorang laki-laki dari negeri yang bernama JIRMAN , bernama Al-HIRR. Ia ingin menguasai seluruh dunia. Memerangi semua bangsa di negeri-negeri salju dan kebaikan. Ia bergerak dengan murka Allah sesudah beberapa tahun api (menyala). Ia ingin membunuh rahasia Ar-RUSY atau Ar –RUS.

Dalam rangkaian Hijrah sesudah seribu tiga ratus (tahun) , terhitung lima atau enam , Mesir diperintah oleh seorang laki-laki yang dipanggil dengan “NASHIR“ yang disebut bangsa Arab sebagai “Sang Pemberani dari Mesir“. Allah membuatnya hina dalam perang dan perang , dan ia tidak memperoleh kemenangan. Kemudian Allah menghendaki Mesir memperoleh kemenangan di bulan-bulan yang mereka cintai , dan itu adalah untuk-Nya. Mesir diterima sebagai pemelihara al Bait dan Arab , dengan seorang laki-laki bersama SADA , ayahnya ANWAR. Akan tetapi ia berdamai dengan pencuri Masjid Al Aqsa di negeri Al-Hazin. Di Irak muncul seorang laki-laki yang bertindak sewenang-wenang…… dan……. Sufyani. (ada data yang hilang)

Di salah satu matanya terdapat tanda sedikit kemalasan. Namanya Ash-SHADDAM , yakni penghancur orang-orang yang bersekutu untuk menentangnya di Kuwait kecil yang dimasukinya. Ia adalah MAHDUN. Tidak ada kebaikan bagi SUFYANi kecuali dengan Islam. Ia baik dan buruk , dan kecelakaan bagi pengkhianat Al-MAHDI yang terpercaya.

Dalam rangkaian Hijrah seribu empat ratus (tahun) dan hitungan dua atau tiga……. (ada data yang hilang) Al-MAHDI AL AMIN keluar dan memerangi seluruh dunia dan menghimpun orang-orang sesat dan dimurkai Tuhan , dan orang-orang yang terseret dalam kemunafikan di bumi Isra’ dan Mi’raj di tepi bukit MAJIDUN.

Dalam perang itu keluar seorang ratu dunia , pelaku makar dan pelacur. Namanya AMIRIKA. Ia menggoda dunia waktu itu dalam kesesatan dan kekafiran. Sementara itu Yahudi dunia saat itu berada di tempat yang paling tinggi. Mereka menguasai seluruh Al QUDS dan Al MADINAH Al MUQADDASAH (Kota yang disucikan).

Semua negeri datang dari laut dan udara , kecuali negeri salju yang menakutkan dan negeri panas yang menakutkan. AL MAHDI melihat bahwa seluruh dunia melakukan makar buruk kepada dirinya dan ia melihat bahwa makar Allah lebih hebat lagi. Ia melihat bahwa seluruh alam Tuhan berada dalam kekuasaannya. Akhir dari perang itu ada di tangannya, dan seluruh dunia merupakan pohon yang dimilikinya dari dahan hingga ranting-rantingnya.

Di tanah Isra’ dan Mi’raj terjadi perang dunia yang disitu Al Mahdi memberi peringatan kepada orang-orang kafir bila mereka tidak mau keluar. Maka orang-orang kafir dunia berkumpul untuk memerangi Al Mahdi dalam pasukan sangat besar yang belum pernah dilihat sebelumnya. Dalam kelompok kekuatan Yahudi Al KHAZAR dan Bani Israel masih terdapat pasukan lain yang tidak diketahui jumlahnya. Al Mahdi melihat bahwa siksa Allah sangat mengerikan dan bahwa janji Allah benar-benar telah datang dan tidak diakhirkan lagi. Kemudian Allah melempari mereka dengan lemparan yang dahsyat. Bumi , lautan dan langit terbakar , untuk mereka, dan langit menurunkan hujan yang sangat buruk. Seluruh penduduk bumi mengutuk orang kafir dunia , dan Allah mengizinkan lenyapnya seluruh orang kafir di Perang DAJJAL , dan perangnya terjadi di negeri Syam dan kejahatan………”.

__

Itu adalah sebagian petikan dari isi buku tentang nubuwah tersebut. Manuskrip langka tersebut berasal dari abad ke 2 H ditulis oleh salah seorang Tabi’at – Tabi’in yang berasal dari Syam (wilayah Lebanon , Palestina). Manuskrip ini tersimpan di perpustakaan Turki di Istanbul.


Muharram
Muharam  ertinya diharamkan. Bulan ini merupakan bulan yang termasuk dalam senarai bulan-bulan yang diharamkan berperang.

Safar
Safar adalah bulan ke-2 dalam bulan Islam yang bererti kosong, kerana penduduk Arab ketika itu keluar dari kampung mereka kerana berperang dan mencari makanan sebagai persiapan menghadapi musim panas. Rumah menjadi kosong.

Rabiulawal dan Rabiulakhir
Rabiulawal dan Rabiulakhir ertinya musim bunga iaitu biasanya waktu ini pokok mengeluarkan bunga dan tumbuhan menghijau. Rabiulawal dan Rabiulakhir merupakan bulan Islam yang ke-3 dan ke-4.

Jumadilawal dan Jumadilakhir
Jumadilawal (Jumada al-Awwal)  dan Jumadilakhir (jumada al-Akhir) , merupakan bulan ke-5 dan ke-6. Perkataan Jumada bermaksud kemarau di mana bulan ini merupakan musim kemarau yang bermula pada bulan Jamadilawal dan berakhir pada Jamadilakhir.

Rejab
Rejab adalah bulan ke-7 pula bermaksud mengagungkan dan membesarkan. Menurut sejarahnya, bulan Rejab dimuliakan orang Arab dengan menyembelih anak unta pertama dari induknya. Pada bulan ini dilarang berperang dan pintu Ka’bah dibuka.

Syaaban
Syaaban bererti berselerak/ pecahan yang banyak, di mana pada zaman Arab sebelum Islam mereka keluar bertebaran pada bulan ini setelah terpaksa berkurung di rumah ketika bulan Rejab. Pada bulan ini juga, mereka keluar beramai-ramai mencari air dan makanan.

Ramadhan
Ramadhan merupakan bulan ke-9 dalam kalendar Islam. Ia bererti terik atau terbakar, kerana kebiasaannya pada bulan ini, cuaca sangat terik dan panas di Semenanjung Arab. Dan setelah Islam menapak, bulan ini merupakan bulan puasa bagi umat Islam.

Syawal
Syawal pula dinamakan sempena dengan musim di mana unta kekurangan susu pada waktu ini. Syawal dalam bahasa Arab berasal dari kata kerja Tasyawwala yang bermaksud sedikit atau berkurangan. Manakakala setelah kedatangan Islam, Syawal merupakan bulan peningkatan kebajikan setelah melewati masa latihan pengendalian diri selama sebulan penuh dengan puasa Ramadan. Pada awal bulan Syawal, kaum Muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri atau perayaan yang menandai kemenangan melawan hawa nafsu. Syawal merupakan bulan ke-10 dalam kalendar Hijrah.

Zulkaedah
Zulkaedah merupakan bulan ke-11, ia merujuk kepada kebiasaan penduduk Arab zaman sebelum Islam tidak berperang kerana ia termasuk dalam bulan-bulan haram berperang. Perkataan Kaedah itu berasal dari ‘Qa ‘ada’ yakni duduk.

Zulhijjah
Zulhijjah adalah bulan ke-12 dan bulan terakhir Hijrah. Ia disebut Zulhijah (Ar.: Zu al-Hijjah) yang berarti “yang empunya haji”. Pada zaman sebelum kedatangan Islam, bulan ini merupakan bulan untuk melakukan ibadah haji ke Mekah (Ka’bah). Setelah kedatangan Islam, ibadah haji masih tetap dilaksanakan pada bulan Zulhijah yakni pada tanggal 8, 9 dan 10 Zulhijah.

Dakwah Maya - Setelah publik AS sebelumnya dihebohkan aksi idolanya Beyonce yang memposting ayat Al-Quran di Instagram pada akhir Oktober 2014 lalu, kini hal yang sama dilakukan oleh artis Hollywood kontroversial, Lindsay Lohan.

Sampai Rabu dinihari (4/3/2015), sekitar 32 ribu orang telah mencontreng tanda ‘like’ pada kutipan 2 ayat Al-Quran tersebut, bahkan foto itu dibanjiri sekitar 6 ribu komentar yang beragam.

Sejauh ini publik hanya menerka-nerka alasan Lohan mengunggah kutipan ayat tersebut sejak Senin (2/3/2015) kemarin. Dia memposting kutipan bagian akhir surat Taha ayat 114, “O my Lord! Increase me in my knowledge (Ya Tuhanku, tingkatkanlah pengetahuanku).”

Ditambah, “O Allah, I ask You for knowledge that is of benefit (Ya Allah, saya memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat).”

Akun Lohan itu sendiri telah mempunyai ‘follower’ sebanyak 3 juta orang. Hingga kini belum ada pernyataan resmi dari artis berusia 28 tahun itu.

Hingga postingan ayat tersebut, Lohan sendiri masih identik dengan gaya hidup bebas dan kerap bermasalah. 

Jelas apa yang ia lakukan kali ini memancing tanda tanya fans dan media. Ditambah kebencian terhadap agama Islam kembali meningkat beberapa waktu belakangan ini di Eropa dan AS.

Beberapa minggu sebelumnya, Lohan juga memposting foto-nya yang seolah-olah dirinya memakai pakaian muslimah. (murai/rem/dakwatuna)

Redaktur: Rio Erismen

Gambar Hiasan
Mengkhabarkan kepadaku Muhammad bin Al Husain aku mendengar Abu Bakar bin Abi Thayyib berkata, telah sampai kepadaku dari Abdullah bin Faraj (beliau seorang ahli ibadah) yang berkata, Aku memerlukan seorang kuli yang akan bekerja untukku, maka aku pergi ke pasar melihat-lihat kuli. 

Tiba-tiba dibahagian akhir aku melihat seorang remaja berkulit kuning langsat tangannya membawa bungkusan besar. Dia lewat dengan mengenakan jubah serta kain dari bulu kambing  biri-biri kasar. 

Aku berkata padanya, “Kamu mahu kerja juga ?”.Dia menjawab, “Iya”.
Aku katakan, “Berapa upah yang kamu minta ?”.
Dia menjawab, “Satu dirham dan satu daniq (Jumlah tujuh daniq)”.
Aku katakana, “Berdirilah, dan bekerja padaku”.
Dia berkata, “Dengan satu syarat”.
Aku katakan, “Apa itu ?”.
Dia menjawab, “Jika telah datang waktu zuhur aku akan keluar wudhu solat kemudian kembali bekerja, dan jika datang waktu asar demikian pula”.
Aku katakan, “Ya”.

Kemudian ia mengikuti aku sampai rumah dan aku perintahkan untuk mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lain. Ia pun mengencangkan tali pinggang dan bekerja serta tidak berbicara sepatah katapun sampai tiba waktu zuhur dan berkata kepadaku, “Wahai Abdullah muadzin telah mengumandangkan azan zuhur”.

Aku menjawab, “Terserah engkau saja”.
Kemudian dia keluar solat dan kembali bekerja dengan giat sampai ketika telah tiba waktu asar, ia berkata lagi kepadaku, “Wahai Abdullah muadzin telah mengumandangkan azan asar”.
Aku menjawab, “terserah engkau saja”.

Kemudian ia keluar solat asar dan kembali bekerja sampai senja hari. Akupun memberikan upahnya dan ia bergegas pulang.

Sampai setelah beberapa hari setelahnya aku memerlukan kuli kembali, maka isteriku berkata kepadaku, “Suruh saja kuli muda yang kemarin itu, kerana ia bekerja dengan sangat bagus !”. Akupun mendatangi pasar akan tetapi aku tidak melihat remaja itu. 

Lantas aku bertanya pada orang-orang dan mereka menjawab, “Kamu bertanya tentang remaja kuning langsat yang tidak muncul kecuali pada hari sabtu saja dan ia senantiasa duduk sendirian di bahagian belakang”. Akupun pulang dan kembali ke pasar pada hari sabtu, aku mendapatinya dan bertanya kepadanya, “Kamu mahu bekerja lagi ?”.

Dia menjawab, “Kamu telah mengetahui upah serta syarat yang aku ajukan”.
Aku berkata, “Aku memohon petunjuk Allah”.

Ia pun bangkit dan bekerja dengan baik sebagaimana waktu yang lalu. Ketika ia telah selesai dari pekerjaannya, aku memberikan upah dan menambahinya, akan tetapi ia tidak mahu menerima tambahan upah tersebut.

Aku pun memujuknya agar mahu menerimanya. Akan tetapi ia justru marah dan meninggalkanku sendirian. Aku merasa sedih kerananya dan berusaha menyusulnya. Aku berhasil menyusulnya dan memujuknya, akhirnya ia mahu mengambil upahnya saja dengan tanpa tambahan.

Setelah berlalu beberapa waktu lamanya, aku memperlukan kuli lagi, maka aku menunggu sampai tiba hari sabtu, akan tetapi aku tidak mendapati remaja tadi di pasar. Aku lantas bertanya pada orang-orang tentang keadaannya. Dikatakan kepadaku bahawa remaja itu sakit.

Ada seseorang yang memberikan khabar mengenai keadaan remaja tadi bahawa ia bekerja dari hari sabtu ke hari sabtu yang lain, dan ia makan setiap harinya dengan satu daniq dan ia sekarang sakit (maknanya ia hanya bekerja satu hari saja dan mendapatkan tujuh daniq, setiap harinya ia gunakan satu daniq untuk makan, sisa hari yang lain 6 hari ia gunakan untuk belajar agama).

Akupun bertanya tentang lokasi rumahnya dan mendatanginya, rupanya ia tinggal dirumah seorang nenek tua. Aku bertanya pada nenek tadi, “Apakah disini tinggal seorang remaja yang bekerja sebagai kuli ?”.

Nenek tua tadi menjawab, “Ia sakit sejak beberapa hari yang lalu”.

Aku kemudian masuk menemuinya, ia benar-benar sakit dan dibawah kepalanya terdapat batu bata sebagai bantal. Aku mengucapkan salam padanya dan berkata, “Apakah engkau memerlukan bantuan?”.

Ia menjawab, “Iya, jika tidak menyusahkanmu”.
Aku berkata, “Tidak menyusahkan insya’Allah”.

Ia berkata, “Apabila aku mati nanti maka juallah ini, dan cucilah jubahku serta kain bulu kambing ini kemudian kafanilah aku dengannya !. Bukalah saku jubahku kerana di dalamnya ada sebuah cincin, ambillah cincin itu kemudian perhatikanlah kapan Harun Ar Rasyid lewat di suatu jalan, dan berdirilah di lokasi yang memungkinkan bagi dia untuk melihatmu. 

Panggilah ia dan perlihatkan cincin itu maka ia akan memanggilmu. Setelah itu serahkanlah cincin itu kepadanya ! dan jangan kamu melakukan semua ini kecuali setelah aku mati”.

Aku menjawab, “Ya”.

Setelah ia meninggal dunia aku melaksanakan apa yang ia perintahkan, dan aku memperhatikan hari dimana Harun Ar Rasyid lewat di suatu jalan. Aku pun duduk dipinggir jalan, ketika ia lewat aku memanggilnya, “Wahai amirul mukminin aku memiliki titipan untuk engkau”, sambil aku memperlihatkan cincin permata. 

Ia pun memerintahkan untuk membawaku bersamanya, ketika ia memasuki rumahnya ia menyuruh orang yang bersamanya agar keluar lantas bertanya kepadaku, 
“Siapa engkau ini ?”.

Aku menjawab, “Abdullah bin Al Faraj”.

Ia bertanya lagi, “Cincin ini dari mana engkau mendapatkannya ?”.
Kemudian aku menceritakan kisah remaja yang aku temui. Tiba-tiba ia berlinangan air mata dan menangis terisak-isak sampai aku merasa iba kepadanya. Setelah ia agak tenang aku bertanya kepadanya, “Wahai amirul mukminin, siapakah remaja itu sebenarnya ?”.
Ia menjawab, “Ia adalah anakku”.

Aku bertanya kembali, “Bagaimana hal ini boleh terjadi ?”.

Ia menjawab, “Ia dilahirkan sebelum aku menjabat sebagai khalifah, dan ia tumbuh menjadi anak yang soleh, ia menghafal al qur’an dan mempelajari ilmu syar’i. Ketika aku diangkat menjadi khalifah ia meninggalkan aku dan tidak mahu menikmati harta dunia yang aku miliki sedikitpun juga.

Maka aku menyerahkan cincin ini kepada ibunya, ia adalah permata yang sangat mahal harganya.

Aku berkata kepada ibunya, serahkan cincin ini kepada anak kita dan mintalah agar ia membawanya agar ia boleh memanfaatkannya suatu hari kelak, Ia adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Semenjak ibunya meninggal aku tidak pernah lagi mendengar kabarnya kecuali kabar yang telah engkau sampaikan kepadaku”.

Kemudian Harun Ar Rasyid berkata lagi kepadaku, “Malam ini keluarlah bersamaku menuju kuburan anakku”.

Ketika malam telah tiba ia keluar bersamaku menuju kuburan anaknya, manakala kami sampai dikuburan anaknya ia duduk disamping kuburan dan menangis terisak-isak, sampai ketika fajar telah terbit kami bangun dan kembali lagi.

Harun Ar Rasyid berkata kembali, “Berjanjilah kepadaku untuk senantiasa menemaniku setiap malam untuk berziarah ke kuburan anakku !”.

Aku pun berjanji untuk senantiasa menemaninya berziarah setiap malam. Berkata Abdullah bin Al Faraj, “Aku sungguh tidak mengetahui bahawa remaja itu anak khalifah sampai Harun Ar Rasyid memberitahuku”.

Berkata Abu Bakar Muhammad bin Al Husain, “Dan sungguh telah mengkhabarkan kepadaku Abu Abdillah bin Mikhlad Al Athar tentang berita Abdullah bin Al Faraj di dalamnya disebutkan riwayat ini dan disebutkan pula bahawa Harun Ar Rasyid kemudian menawarkan harta yang sangat banyak kepadanya akan tetapi ia menolaknya.

Abu Bakar juga mengatakan bahawa ketika Abdullah bin Al Faraj meninggal dunia istrinya tidak memberitahukan kematiannya kepada saudara-saudaranya Abdullah yang duduk-duduk di depan pintu menunggu untuk diijinkan masuk rumah. Kemudian ia memandikannya dan mengkafaninya dengan kain kisa’ miliknya lalu menuju pintu dan menutup dirinya lalu mengatakan kepada saudara-saudara Abdullah, “Abdullah telah mati dan aku telah selesai dari menyiapkan jenazahnya”.

Saudara-saudaranya lantas masuk dan membawa jenazahnya menuju kuburan dan isterinya menutup pintu dari belakang mereka. (Saudara-saudara Abdullah tidak boleh melihat isteri Abdullah).

Di alihbahasakan secara bebas dari Ghuroba’ minal Mukminin : 41 Oleh Al Imam Al Aajurry rahimahullahu ta’ala, Maktabah Syamilah).

Bayat, 8 Rajab 1433H/29 Mei 2012M.
Oleh: Abul Aswad Al-Bayaty

Sumber

Dakwah Maya - Kita mengenali sahabat melalui salah satu dari hal-hal berikut: 

1. Tawaatur (Pemberitaan tentangnya secara mutawatir alias mustahil terjadi kebohongan kerana banyaknya periwayat terpercaya menyatakan hal itu); apakah ada orang yang meragukan Abu Bakar dan ‘Umar bin al-Khattab RA sebagai sahabat? Jawabannya, tentu, tidak.! 

2. Syuhrah (Ketenaran) dan banyaknya riwayat yang mengisahkannya melalui beberapa hal. 

Contohnya: 

a. Dhimaam bin Tsa’lbah RA yang tenar dengan hadis kedatangannya menemui Nabi SAW 

b. ‘Ukasyah bin Mihshan RA yang kisahnya dijadikan permisalan/pepatah (yaitu ucapan Rasulullah SAW, “Sabaqoka ‘Ukaasyah’ ; ‘Ukasyah sudah terlebih dulu darimu-red).* 

3. Dimuatnya hal itu dalam hadis yang shahih, seperti ada salah satu hadis menyebutkan bahawa Nabi SAW didatangi oleh si fulan bin fulan atau hadis tersebut bersambung sanadnya kepada seorang laki-laki yang menginformasikan bahawa si fulan termasuk orang-orang yang mati syahid dalam perang bersama Rasulullah SAW. Atau informasi apa saja dengan cara tertentu bahawa orang ini atau itu sudah terbukti Shuhbah-nya (bertemu dan beriman dengan Rasulullah SAW dan mati dalam kondisi itu). 

4. Penuturan tertulis dari seorang Tabi’i (generasi setelah sahabat) bahawa si fulan adalah seorang sahabat. Yaitu seperti ia mengucapkan, “Aku mendengar salah seorang sahabat Nabi SAW, yaitu si fulan bin fulan.” 

5. Penuturan sahabat itu sendiri bahawa ia bertemu Nabi SAW, seperti perkataannya, “Aku mendengar Nabi SAW bersabda begini dan begitu.” Atau “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menemani (bersahabat) dengan 

Nabi SAW.” Tetapi hal ini perlu beberapa syarat, di antaranya: 

a. Ia seorang yang adil pada dirinya 

b. Pengakuan tersebut memungkinkan; bila kejadian ia mengaku hal itu sebelum tahun 110H maka ini memungkinkan sedangkan bila ia mengakuinya setelah tahun 110H, maka pengakuan tersebut tertolak sebab Nabi SAW telah menginformasikan di akhir hayatnya, “Tidakkah aku melihat kalian pada malam ini? Sesungguhnya di atas 100 tahun kemudian (dari malam ini), tidak ada lagi seorang pun yang tersisa di atas muka bumi ini.” (HR.al-Bukhari, I:211, No.116; Muslim, No.2537; Abu Daud, No.348) 

Ini merupakan argumentasi paling kuat terhadap orang yang mengklaim nabi Khidhir masih hidup hingga saat ini segaimana klaim kaum Sufi di mana salah satu dari mereka sering mengaku telah bertemu nabi Khidhir dan berbicara secara lisan dengannya.!? 

Intermezzo 

Seorang laki-laki India bernama Rotan pada abad VI mengaku bahawa dirinya adalah sahabat Nabi SAW dan dia telah dipanjangkan umurnya hingga tarikh tersebut. Kejadian itu sempat menggemparkan masyarakat kala itu. Maka, para ulama pada masanya atau pun setelahnya membantah pengakuannya tersebut. Di antaranya, al-Hafizh adz-Dzahabi dalam bukunya yang berjudul “Kasr Watsan Rotan.” 

* Pepatah tersebut diungkapkan orang Arab untuk menyatakan ketidak beruntungann seseorang dalam memperoleh sesuatu kerana sudah ada orang lain yang lebih dahulu memperolehnya. Seperti misalnya, bila ada seseorang memberikan hadiah kepada seseorang yang boleh menjawab pertanyaannya, lalu ada yang menjawabnya sedangkan hadiah itu hanya untuk satu orang saja. Kemudian ada orang lain meminta diberi pertanyaan lagi agar dapat menjawabnya dan memperoleh hadiah. Maka orang yang memberikan itu tadi, mengatakan kepadanya pepatah tersebut. Ertinya, terlambat, si fulan sudah terlebih dahulu (kamu sudah keduluan sama si fulan.!!), wallahu a’lam-red 

Fataawa Hadiitsiyyah, Syaikh Sa’d bin ‘Abdullah Alu Humaid, hal.30-31

Sumber

Segala puji bahagi Allah, Tuhan semesta alam, sholawat dan salam buat Nabi terakhir yang membawa peringatan bahagi seluruh umat manusia, semoga selawat dan salam juga terlimpahkan buat keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang tetap berpegang teguh dengan petunjuk mereka sampai hari kiamat.

Terjemahan Hadis:

“Dari Abu Hurairah radhiAllahu ‘anhu ia berkata: telah bersabda Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Allah telah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi Waliku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya, dan tidaklah seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dariKu pasti Aku akan melindunginya”. Hadis ini dirawikan Imam Bukhari dalam kitab shahihnya, hadis no: 6137.

Hadis ini disebut juga hadis Qudsi, kerana Nabi shalalahu ‘alaihi wa sallam meriwayatkannya langsung dari Allah, adapun perbedaan antara hadis Qudsi dengan hadis biasa ada beberapa pendapat, yang masyhur di kalangan para ulama adalah bahawa hadis Qudsi lafaz dan maknanya datang langsung dari Allah adapun hadis biasa lafaznya dari nabi sedangkan maknanya dari Allah subhanahu wa ta’ala. 

Kemudian apa perbedaan antara hadis Qudsi dengan Al Qur’an? Kerana keduanya sama-sama datang dari Allah baik lafaz Mahupun makna? Sebahagian ulama menyebutkan: perbedaanya adalah Al Quran mendapat pahala dalam segi membaca dan hal-hal lainnya, adapun hadis Qudsi mendapat pahala dengan memahami dan mengamalkannya. Namun sebahagian ulama meninggalkan dari mencari-cari perbedaan tersebut takut akan terjerumus kepada persoalan yang berlebih-lebihan yang akhirnya akan menyebabkan berbicara dalam agama tampa ilmu. WAllahu a’lam bissawaab. 

Sahabat yang merawikan hadis ini dari Rasulullah shalAllahu ‘alaihi wa sallam adalah Abu Hurairah radhiAllahu ‘anhu, sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah shalAllahu ‘alaihi wa sallam. Nama beliau adalah Abdurrahman bin Shakhar Addausy, masuk Islam pada saat perang khaibar tahun ke 7 H. dan meninggal dunia pada th 57 H.

Mengapa beliau sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadis?

Pertama, berkat doa nabi shalAllahu ‘alaihi wa sallam kepadanya, agar setiap hadis yang ia dengar langsung hafal dan tidak lupa untuk selamanya. 

Kedua, ia selalu bersama nabi semenjak berjumpa dengan beliau, ia tidak punya kesibukan lain kecuali mengambil ilmu dari nabi adapun para sahabat yang lain Mereka mempunyai kesibukan untuk mengurus keluarga dan harta mereka. Imam Az Dzahaby menyebutkan dalam kitab Siyyarnya, “Seseorang bertanya kepada Tholhah bin Ubaidillah: kenapa Abu Hurairah lebih banyak mengetahui hadis dari kalian? Kami mendengar darinya apa yang tidak kami dengar dari kalian? Apakah ia mengatakan sesuatu yang tidak dikatakan Rasulullah? Jawab Tholhah: adapun tentang ia mendengar sesuatu yang tidak kami dengar, saya tidak meragukannya, saya akan menerangkan hal tersebut padamu, kami memiliki keluarga, binatang ternak dan pekerjaan, kami datang menemui Rasululllah hanya pada dua penghujung hari (pagi dan sore). Sedangkan ia (Abu Hurairah) adalah orang yang miskin, sebagai tamu dipintu rumah Rasulullah shalAllahu ‘alaihi wa sallam, tangannya selalu bersama tangan Rasulullah, maka kami tidak meragukan apa yang ia dengar sekalipun kami tidak mendengarnya dari Rasulullah, engkau tidak akan menemukan seseorang akan tetap baik bila ia mengatakan sesuatu yang tidak dikatan Rasulullah shalAllahu ‘alaihi wa sallam.”

Abu Hurairah sendiri pun telah menjelaskan tentang hal tersebut ketika berita seperti ini dari seseorang sampai kepadanya: aku datang menemui Rasulullah pada saat perang khaibar, umurku saat itu sudah melewati 30 tahun. Aku tetap tinggal bersamanya sampai beliau meninggal dunia, aku ikut bersamanya kerumah-rumah istri beliau, aku selalu membantu beliau, aku selalu ikut perang dan haji bersama beliau, dan tetap selalu solat di belakang beliau, maka oleh sebab itu (demi Allah) aku menjadi orang yang paling tahu dengan hadis-hadis beliau. 

Kandungan Hadis

Hadis di atas mengandung beberapa pembahasan penting diantaranya:

Pertama: Tentang al wala’ wal bara’ (kesetiaan dan berlepas diri).

Dalam potongan awal dari hadis diatas disebutkan: “Barangsiapa yang memusuhi Waliku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya”. Maksud dari memusuhi dalam hadis ini adalah memusuhi kerana alasan agama dan iman bukan kerana urusan duniawi, adapun pertikaian yang disebabkan oleh urusan duniawi selama tidak sampai pada puncak kebencian tidak mendapat ancaman yang disebutkan Allah dalam hadis ini. Kerana perselisihan dan pertikaian juga terjadi dikalangan sebahagian para sahabat, sebab mereka adalah manusia biasa yang juga memeliki kesalahan dan kealpaan, tapi pertikaian tersebut tidak sampai pada tingkat kebencian, bahkan secepatnya mereka saling memaafkan, sebagaimana yang pernah terjadi antara Abu bakar dan Umar atau pertikaian tersebut timbul kerana ijtihad Mereka masing-masing sebagaimana apa yang terjadi dalam perang shiffin dan jamal. 

Adapun kebencian yang didasari oleh kebencian kepada agama dan keimanan adalah merupakan dosa besar dan bahkan boleh menyebabkan seseorang keluar dari Islam, sebagaimana kebencian orang –orang Ahlu bid’ah kepada Ahlussunnah, atau kebencian orang-orang munafikin dan kafirin kepada umat Islam. Begitu pula setiap orang yang tidak menginginkan Islam dan sunnah tersebar dikalangan umat manusia. Apalagi bila sampai pada tingkat menangkap atau menculik dan membunuh tokoh-tokoh Ahlussunnah. Orang yang paling nomor satu dalam memusuhi wali-wali Allah adalah kaum Rafidhah (Syi’ah), mereka sangat memusuhi orang-orang yang berada digaris depan dan paling mulia dari seluruh wali Allah setelah para nabi dan rasul yaitu para sahabat yang mulia. Mereka orang-orang rafidhah mengkafirkan dan mencaci para sahabat yang telah berjuang dijalan Allah untuk tegaknya agama Islam ini dengan harta dan jiwa raga mereka. 

Imam As Sya’bi mengungkapakan bahawa kebencian Rafidhah kepada para wali Allah melebihi kebencian yahudi dan nasrani kepada para wali Allah: ”Bila engkau bertanya kepada seorang yahudi siapa generasi terbaik agama kamu? Ia akan menjawab: sahabat Musa. Begitu pula bila engkau bertanya kepada seorang nasrani: siapa generasi terbaik agamamu? Ia akan menjawab: sahabat Isa. Tapi bila engakau bertanya kepada seorang rafidhah: siapa generasi yang terburuk dalam agama ini? Ia akan menjawab: sahabat Muhammad.”

Oleh sebab itu Imam Abu Hatim Arraazy berkata, “Sebetulnya Mereka itu ingin membatalkan Al Quran dan Sunnah, tapi Mereka tidak mampu maka Mereka ingin mencela orang yang menyampaikan Al Quran dan sunnah supaya boleh membatalkan Al Quran dan Sunnah, tapi mereka (orang syi’ah) itu lebih berhak untuk dicela, Mereka itu adalah orang-orang zindiq.”

Cara ini pulalah yang ditempuh oleh berbagai kelompok yang melenceng dari sunnah sekarang ini, kita tidak perlu menyebutkan nama mereka masing-masing, tapi cukup kita kenal ciri mereka, kerana nama boleh bertukar disetiap tempat dan disetiap saat, bila kita melihat ada kelompok yang melecehkan ulama atau pengikut sunnah itulah mereka. Kenapa mereka menempuh cara ini? Kerana bila generasi dijauhkan dari ulamanya maka saat itu mereka baru boleh memasukkan ide-ide atau pemikiran mereka, oleh sebab itu mereka selalu melecehkan atau meremehkan para penegak sunnah, supaya bila label jelek ini sudah tertanam dalam benak seseorang, saat itu ia tidak akan Mahu lagi mendengar nasehat para ulama, maka saat itu pula berbagai pemikiran dapat dimasukkam kepada mereka.

Sekarang kita kembali kepada taufik utama kita, yaitu apakah pengertian wali, siapa wali Allah itu? bermacam pandangan telah mewarnai bursa kewalian, ada yang berpandangan bila seseorang telah memiliki hal-hal yang luar biasa bererti dia telah sampai pada tingkat kewalian, seperti tidak luka bila dipukul dengan senjata tajam dan sebagainya. Sebahagian orang berpendapat bila sudah pakai baju jubah dan surban bererti sudah wali, sebahagian lain berpendapat bila seseorang suka berpakaian kusut dan bersendal cepit bererti ia wali, adapula yang berpandangan bila seseorang kerjanya berzikir selalu bererti dia wali. Dan banyak lagi pendapat-pendapat tentang perwalian yang tidak dapat kita sebutkan satu persatu disini. 

Pengertian Wali

Wali secara etimologi bererti: dekat. Adapun secara terminologi menurut pengertian sebahagian ulama ahlussunah, wali adalah orang yang beriman lagi bertakwa tetapi bukan nabi. Sebahagian ulama lain berpendapat bahawa seluruh orang yang beriman lagi bertaqwa adalah disebut wali Allah, dan wali Allah yang paling utama adalah para nabi, yang paling utama diantara para nabi adalah para rasul, yang paling utama diantara para rasul adalah Ulul ‘azmi, yang paling utama diantara Ulul ‘azmi adalah Nabi Muhammad shalAllahu ‘alaihi wa sallam. Maka para wali Allah tersebut memiliki perberbedaan dalam tingkat keimanan mereka, sebagaimana mereka memiliki tingkat yang berbeda pula dalam kedekatan Mereka dengan Allah.

Maka dapat disimpulkan disini bahawa wali-wali Allah terbahagi kepada dua golongan:

Golongan Pertama: Assaabiquun Almuqarrabuun (barisan terdepan dari orang-orang yang dekat dengan Allah). Yaitu mereka yang melakukan hal-hal yang mandub (sunnah) serta menjauhi hal-hal yang makruh disamping melakukan hal-hal yang wajib. Sebagaimana lanjutan hadis: “Dan senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya”. 

Golongan Kedua: Ashaabulyamiin (golongan kanan). Yaitu mereka hanya cukup dengan melaksanakan hal-hal yang wajib saja serta menjauhi hal-hal yang diharamkan, tanpa melakukan hal-hal yang mandub atau menjauhi hal-hal yang makruh.

Sebagaimana yang disebutkan dalam potongan hadis di atas: “Dan tidaklah seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya”. 

Kedua golongan ini disebutkan Allah dalan firman-Nya:

“Adapun jika ia termasuk golongan yang dekat (kepada Allah). Maka dia memperoleh ketentraman dan rezki serta surga kenikmatan. Dan adapun jika ia termasuk golongan kanan. Maka keselamatan bahagimu dari golongan kanan”. (Al Waaqi’ah: 88-91).

Kemudian para wali itu terbahagi pula menurut amalan dan perbuatan Mereka kepada dua bahagian; wali Allah dan wali setan. Maka untuk membedakan diantara kedua jenis wali ini perlu kita melihat amalan seorang wali tersebut, bila amalannya benar menurut Al Quran dan Sunnah maka dia adalah wali Allah sebaliknya bila amalannya penuh dengan kesyirikan dan segala bentuk bid’ah maka dia adalah wali setan. 

Berikut kita akan rinci ciri-ciri dari kedua jenis wali tersebut.

Ciri-Ciri Wali Allah

Allah telah menyebutkan ciri para waliNya dalam firmannya, “Ingatlah; sesungguhnya para wali-wali Allah Mereka tidak merasa takut dan tidak pula merasa sedih. Yaitu orang-orang yang beriman lagi bertaqwa”. (Yunus: 62-63).

Ciri pertama, beriman, ertinya keimanan yang yang dimilikinya tidak dicampuri oleh berbagai bentuk kesyirikan. Keimanan tersebut tidak hanya sekedar pengakuan tetapi keimanan yang mengantarkan kepada bertakwa. Landasan keimanan yang pertama adalah Dua kalimat syahadat. Maka orang yang tidak mengucapkan dua kalimat syahadat atau melakukan hal-hal yang membatalkan kalimat tauhid tersebut adalah bukan wali Allah. Seperti menjadikan wali sebagai perantara dalam beribadah kepada Allah, atau menganggap bahawa hukum selain Islam adalah sama atau lebih baik dari hukum Islam. Atau berpendapat semua agama adalah benar. Atau berkeyakinan bahawa kenabian dan kerasulan tetap ada sampai hari kiamat bahawa Muhammad shalAllahu ‘alaihi wa sallam bukan penutup segala rasul dan nabi.

Ciri kedua, bertaqwa, ertinya ia melakukan apa yang diperintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis ini yaitu melakukan hal-hal yang diwajibkan agama, ditambah lagi dengan amalan-amalan sunnah. Maka oleh sebab itu kalau ada orang yang mengaku sebagai wali, tapi ia meninggalkan beramal kepada Allah maka ia termasuk pada jenis wali yang kedua yaitu wali setan. Atau melakukan ibadah-ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Baik dalam bentuk solat Mahupun zikir, dll.

Ciri-Ciri Wali Setan

Adapun ciri wali setan adalah orang yang mengikuti keMahuan syetan, mulai dari melakukan syirik dan bid’ah sampai bebagai bentuk kemaksiatan. Diantaranya adalah apa yang disebutkan dalam hadis ini yaitu memusuhi wali-wali Allah. Banyak cara setan dalam menyesatkan wali-walinya diantaranya adalah bila ada orang yang melarang berdo’a atau meminta dikuburan wali, syetan langsung membisikan kepadanya bahawa orang ini tidak menghormati wali.

Sebagaimana Allah terangkan dalam firmanNya bahawa setan juga memberikan wahyu kepada para wali-wali mereka:

“Sesunguhnya setan-setan itu mewahyukankan kepada wali-wali Mereka untuk membantahmu, jika kamu mentaati Mereka sesungguhnya kamu termasuk menjadi orang-orang musyrikin”. (Al An’aam: 121).

Sesungguhnya menghormati wali bukanlah dengan berdo’a di kuburannya, justru ini adalah perbuatan yang dibenci wali itu sendiri kerana telah menyekutukannya dengan Allah. Manakah yang lebih tinggi kehormatan seorang wali disisi Allah dengan kehormatan seorang nabi? Jelas nabi lebih tinggi. Jangankan meminta kepada wali kepada nabi sekalipun tidak boleh berdoa. Jangankan saat setelah mati di waktu hidup saja nabi tidak mampu mendatangkan manfaat untuk dirinya sendiri, apalagi untuk orang lain setelah mati!. Kalau hal itu benar tentulah para sahabat akan berbondong-bondong kekuburan nabi shalAllahu ‘alaihi wa sallam saat Mereka kekeringan atau kelaparan atau saat diserang oleh musuh. Tapi kenyataan justru sebaliknya, saat paceklik terjadi di Madinah, Umar bin Khatab mengajak kaum muslimin melakukan solat istikharah kemudian menyuruh Abbas bin Abdul Muthalib berdoa, kerana kedekatannya dengan nabi, bukannya Umar meminta kepada Nabi shalAllahu ‘alaihi wa sallam. Kerana kehidupan beliau di alam barzah tidak boleh disamakan dengan kehidupan di alam dunia. 

Kemudian bentuk lain dari cara setan dalam menyesatkan wali-walinya adalah dengan memotivasi seseorang melakukan amalan-amalan bid’ah, sebagai contoh kisah yang amat mashur yaitu kisah Sunan Kalijaga, kita tidak mengetahui apakah itu benar dilakukan beliau atau kisah yang didustakan atas nama beliau, namun kita tidak mengikari kalau memang beliau seorang wali, yang kita cermati adalah kisah kewalian beliau yang jauh dari tuntunan sunnah, yaitu beliau bersemedi selama empat puluh hari di tepi sebuah sungai kemudian di akhir persemedian beliau mendapatkan karomah. Kejanggalan pertama dari kisah ini adalah bagaimana beliau melakukan solat, kalau beliau solat bererti telah meninggalkan solat berjama’ah dan solat jum’at? adakah petunjuk dari Rasulullah untuk mencari karomah dengan persemedian seperti ini? Dengan meninggalkan solat atau meninggalkan solat berjamaah dan solat jum’at. 

Banyak orang berasumsi bila seseorang memiliki atau dapat melakukan hal-hal yang luar biasa dianggap sebagai wali. Padahal belum tentu, boleh jadi itu adalah tipuan atau sihir, atas bantuan setan dan jin setelah ia melakukan apa yang diminta oleh jin dan setan tersebut. Seperti ada orang yang boleh terbang atau berjalan diatas air atau tahan pedang atau boleh memberi tahu tentang sesuatu yang hilang, oleh sebab itu yang perlu dicermati dari setiap orang memiliki hal-hal yang serupa adalah bagaimana amalanya apakah amalanya sehari-hari menurut sunnah atau tidak? sebagaimana dikatakan Imam Syafi’i: “Bila kamu melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara maka ukurlah amalannya dengan sunnah”.

Kerana setan boleh membawa seseorang untuk terbang, atau memberitahu para walinya sesuatu yang tidak dilihat oleh orang lain. Sebagaimana Dajjal yang akan datang diakhir zaman memiliki kekuatan yang luar biasa. Begitu pula para kaum musyrikin dapat mendengar suara dari berhala yang mereka sembah, pada hal itu adalah suara syetan. Dan banyak sekali kejadian yang luar biasa dimiliki oleh orang-orang yang sesat begitu pula orang yang murtad dsb. Yang kesemuanya adalah atas tipuan setan. 

Sebagaimana yang diriwayatkan dalam kisah seorang nabi palsu Mukhtar bin Abi ‘Ubaid, yang mengaku sebagai nabi. Kita mengaku bahawa dia menerima wahyu, lalu seseorang berkata kepada Ibnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbas: sesungguhnya Mukhtar mengaku diturunkan kepadanya wahyu? Dua orang sahabat tersebut menjawab: benar, kemudian salah seorang dari Mereka membaca firman Allah:
“Mahukah kamu Aku beritakan kepada siapa turunnya para setan? Mereka turun kepada setiap pendusta yang banyak dosa “. (Asy Syu’araa: 221-222). Dan yang lain membaca firman Allah, “Dan sesungguhnya para setan itu mewahyukan kepada wali-wali Mereka untuk membantahmu”. (Al An’aam: 121).

Oleh sebab itu bila seseorang mendapat ilham dia tidak boleh langsung percaya sampai ia mengukur kebenarannya dengan Al Qur’an dan Sunnah. Kerana nabi shalAllahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam sebuah hadis: “Sesungguhnya dalam diri anak Adam terdapat bisikan dari setan dan bisikan dari malaikat”. (HR. At Tirmizy no: 2988).

Berkata Abu Sulaiman Ad Daraany: “Boleh jadi terbetik di hatiku apa yang terbetik di hati Mereka (orang-orang sufi) maka aku tidak menerimanya kecuali dengan dua saksi dari kitab dan sunnah”. 

Beberapa kesalahfahaman tentang kewalian yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yaitu:

1. Berasumsi bahawa seorang wali itu Maksum (terbebas) dari segala kesalahan, sehingga mereka menerima segala apa yang dikatakan wali.

Banyak orang memahami bahawa seseorang tidak akan pernah sampai kepada puncak kewalian kecuali ia (maksum) terbebas dari segala kesalahan, hal ini sangat menjauhi kebenaran yang terdapat dalam Islam. Sesungguhnya para ulama telah sepakat tiada yang maksum dari umat manusia kecuali para nabi dan rasul dalam hal menyampai wahyu yang mereka terima. Nabi kita shalAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Setiap anak adam adalah pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang Mahu bertaubat”. (HR. At Tirmizy no: 2499).

Pemahaman seperti ini telah menyeret banyak orang kedalam kesesatan, dan lebih sesat lagi ada yang berpendapat bahawa wali lebih tinggi derajatnya dari nabi sebagaimana pandangan orang-orang rafidhah (syi’ah) dan sebahagian dari orang-orang sufi. Oleh sebab itu kebanyakan Mereka mengkultuskan sang kiyai atau sang guru dan membenarkan kesesatan yang dilakukan oleh sang kiyai atau sang guru sekalipun perbuatan tersebut nyata-nyata melanggar Al Quran dan Sunnah. 

Bahkan dikisahkan bila seorang murid melihat sang guru minum khamar, maka sebenarnya ia minum susu, tapi yang salah adalah penglihatan sang murid kerana matanya berlumuran dosa, begitulah orang-orang sufi melakukan dokrin dalam menyebarkan kesesatan mereka.

2. Berasumsi bahawa seorang wali itu mesti memiliki karomah (kekuatan luar boleh).

Bentuk kedua dari kesalah fahaman dalam masalah perwalian adalah berasumsi bahawa Mereka mesti memiliki karomah yang nyata bahkan boleh dipertontonkan kepada khalayak ramai. Seperti tahan pedang dan sebagainya. Tapi sebetulnya itu semua adalah tipuan setan. Seorang wali boleh jadi ia diberi karomah yang nyata boleh jadi tidak, tapi karomah yang paling besar disisi wali adalah istiqomah dalam menjalankan ajaran agama, bukan bererti kita mengingkari adanya karomah tapi yang kita ingkari adalah asumsi banyak orang bila ia tidak memiliki karomah bererti ia bukan wali. Oleh sebab itu Abu ‘Ali Al Jurjaany berpesan: “Jadilah engkau penuntut istiqomah bukan penuntut karomah, sesungguhnya dirimu lebih condong untuk mencari karomah, danTuhanmu menuntut darimu istiqomah”.

Betapa banyaknya para sahabat yang merupakan orang terdepan dalam barisan para wali tidak memiliki karomah. Begitu pula Rasulullah shalAllahu ‘alaihi wa sallam sebagai hamba yang paling mulia disisi Allah waktu berhijrah beliau mengendarai onta bukan mengendarai angin, begitu pula dalam perperangan beliau memakai baju besi bahkan pernah cedera pada waktu perang uhud. Karomah bukan sebagai syarat mutlak bahagi seorang wali. Karomah diberikan Allah kepada seseorang boleh jadi sebagai cobaan dan ujian bahaginya, atau untuk menambah keyakinannya kepada ajaran Allah, atau pertolongan dari Allah terhadap orang tersebut dalam kesulitan. Para ulama menyebutkan seseorang yang tidak butuh kepada karomah lebih baik dari orang yang butuh kepada karomah. Bahkan kebanyakan para ulama salaf bila Mereka mendapat karomah justru Mereka bersedih dan tidak merasa bangga kerana mereka takut bila hal tersebut adalah istidraaj (tipuan). Begitu pula mereka takut bila di akhirat kelak tidak lagi menerima balasan amalan mereka setelah mereka menerima waktu didunia dalam bentuk karomah. Begitu pula bila mereka di beri karomah, mereka justru menyembunyikannya bukan memamerkannya atau berbagga diri dihadapan orang lain.
3. Berasumsi bahawa seorang wali dapat mengetahui hal-hal yang ghaib.

Bentuk kesalahfahaman ketiga dalam masalah perwalian adalah berasumsi bahawa Mereka dapat mengetahui hal-hal yang ghaib. Asumsi ini sangat bertolak belakang dengan firman Allah, “Di sisiNya (Allah) segala kunci-kunci yang ghaib, tiada yang dapat mengetahuinya kecuali Dia (Allah)”. (Al An’aam: 59).
Dan firman Allah, “Katakanlah”: tiada seorangpun di langait Mahupun di bumi yang dapat mengetahui hal yang ghaib kecuali Allah”. (An Naml: 65).
Termasuk para nabi dan rasul sekalipun tidak dapat mengetahui hal yang ghaib kecuali sebatas apa yang diwahyukan Allah kepada mereka. Sebagaimana firman Allah kepada Nabi kita shalAllahu ‘alaihi wa sallam, “Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepada kalian bahawa disisiku gudang-gudang rezki Allah, dan akupun tidak mengetahui hal yang ghaib”. (Al An’aam: 50). Dan firman Allah: “Katakanlah: aku tidak memiliki untuk diriku manfaat dan tidak pula (menolak) mudharat, dan jika seandainya aku mengetahui hal yang ghaib tentulah aku akan (memperoleh) kebaikan yang amat banyak dan tidak akan pernah ditimpa kejelekkan”. (Al A’raaf: 188). 

Asumsi sesat ini telah menjerumuskan banyak manusia kejalan kesyirikan, sehingga Mereka lebih merasa takut kepada wali dari pada takut kepada Allah, atau meminta dan berdo’a kepada wali yang sudah mati yang Mereka sebut dengan tawassul. Yang pada hakikatnya adalah kesyirikan semata. Kerana meminta kepada makhluk adalah syirik. Tidak ada bedanya dengan kesyirikan yang dilakukan oleh kaum Nuh ‘alaihi salam. Dan orang-orang kafir Quraisy pada zaman jahiliyah. Dengan argumentasi yang sama bahawa Mereka para wali itu orang suci yang akan menyampaikan doa Mereka pada Allah. Hal inilah yang dilakukan kaum musyrikin sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firmannya: “Ingatlah milik Allah-lah agama yang suci (dari syirik), dan orang-orang mengambil wali (pelindung) selain Allah berkata: kami tidak menyembah Mereka melainkan supaya Mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (Az Zumar: 3).

Kedua: Bagaimana mendekatkan diri kepada Allah.

Hal tersebut diambil dari potongan kedua dari hadis: “Dan tidaklah seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya”.

Manhaj yang benar dalam beribadah

Dalam hadis mulia ini terdapat pula manhaj (tata cara) beribadah yaitu mendahulukan yang wajib diatas yang mandub (sunnah), namun yang sering pula kita saksikan ditengah sebahagian masyarakat mereka sangat antusias melakukan sunnah tapi lalai dalam hal yang wajib, contoh seseorang yang rajin qiyamullail (solat malam) tapi sering terlambat solat subuh berjama’ah. Begitu pula masa musim haji sebahagian orang ada yang mati-matian supaya boleh solat di raudhah atau untuk boleh mencium hajar aswad, tetapi dengan melakukan hal yang haram seperti saling dorong sesama muslim. Ditambah lagi hal-hal yang wajib dalam haji itu sendiri Mereka lalaikan seperti tidak mabit di mina atau melempar jumroh dipagi hari pada hari tasyrik dan lain sebagainya. Sebagaimana kata pepatah: “Kerana mengharap burung punai di udara, ayam di pautan dilepaskan”.

Yang lebih memprihatinkan lagi kalau bersungguh-sungguh dalam amalan yang tidak ada dasarnya (amalan bid’ah), seperti Mahulid atau memperingati tahun baru hijriah, atau nuzulul Qur’an atau Isra’ mi’raj, sering kita saksikan orang bersemangat melakukan acara-acara bid’ah tersebut yang setiap hari selalu lalai mengerjakan sholat. Begitu pula dalam berdakwah ada yang berpacu bagaimana mendirikan negara Islam tapi meremehkan orang yang mengajak kepada tauhid yang merupakan pondasi Islam itu sendiri. Begitu pula ada kelompok yang mengajak kepada akhlak semata tampa membicarakan masalah tauhid, dengan alasan mengkaji tauhid akan memecah belah umat. Betapa kejinya ungkapan tersebut, mengatakan bahawa tauhid sebagai biang keladi perpecahan. Tidakkah Mereka tahu bahawa tauhid adalah tujuan utama dawah para rasul. Data dan fakta telah membuktikan selama dakwah tidak dilakukan sesuai dengan manhaj yang dibawa Rasulullah shalAllahu ‘alaihi wa sallam selama itu pula umat ini akan tetap menjadi permainan musuh-musuhnya. Oleh sebab itu Imam Malik berpesan: “Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang telah membuat jaya generesi sebelum Mereka”. 

Beberapa kesalahan dalam melakukan ibadah.

Diantara kesalahan dalam beribadah adalah beribadah tampa ilmu maka berakibat terjerumus kedalam bid’ah. Umar bin Abdul Aziz berkata: “Orang beramal tampa ilmu kerusakan yang ditimbulkannya jauh lebih besar dari kemaslahatannya”. Oleh sebab itu setiap amalan yang akan kita lakukan, kita wajib memiliki ilmu tentangnya. Seperti berdzikir yang ngetren saat ini, maka kita perlu memiliki ilmu bagaimana berdzikir menurut tuntunan sunnah dan bagaimana pengaplikasiannya oleh sahabat, jangan ikutsana, ikut sini, yang pada akhirnya bermuara pada kesesatan. Carilah ilmu kepada ahlinya, sebagaimana yang Allah pesankan kepada kita: “Maka bertanyalah kepada ulama jika kamu tidak tahu”. (An Nahl: 43).
Kalau para ikhwan ingin menjadi ahli teknik tentu belajar di fakultas teknik yang para dosennya pakar dalam bidang teknik, begitu pula dalam bidang ahli lainnya, tapi saat sekarang banyak orang berani berbicara dalam agama, padahal baca al fatihah saja belum tentu benar. Banyak pakar gadungan sekarang dalam mengajarkan agama kerana bisnisnya cukup menggembirakan, dan lebih sangat aneh kalau seseorang belajar Islam kepada orang kafir. Kalau sakit gigi saja kita pasti pilih dokter ahli gigi, tapi dalam hal agama kita justru belajar kepada siapa saja yang tidak tau dari mana rimbanya. 

Allah telah berfirman: 

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya”. (QS Al Israa: 36).
Sebaliknya adalah tidak mengamalkan ilmu yang dimiliki. Maka pelakunya akan disiksa sebagaimana yang diceritakan dalam sebuah hadis bahawa orang tersebut akan mengelilingi sebuah pautan dalam neraka dengan tali perutnya, lalu orang-orang yang melihat keheranan sebab di dunia dia adalah orang yang mengajarkan ilmu kepada mereka, lalu mereka bertanya kenapa kamu ya fulan? Bukankah kamu yang mengajak kami kepada kebaikan? Ia menjawab: aku menyuruh kepada kebaikan tapi aku tidak melakukannya, aku mencegah dari kemungkaran tapi aku melakukannya”. Na’uzubillah min hadza haal. Allah telah berfirman: “Apakah kamu menyuruh manusia dengan kebaikan dan kamu melupakan dirimu sendiri, sedang kamu membaca Al kitab taurat), apakah kamu tidak memikirkannya”. (Al Baqarah: 44).
Oleh sebab itu kita berlindung dari kedua sikap jelek ini, tidak kurang dari 17 X dalam sehari semalam yaitu; beramal tanpa ilmu atau berilmu tapi tidak beramal. 

“Ya Allah tujukilah kami Jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepada mereka. Bukan jalan orang-orang yang engkau marahi dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat”. (Al Fatihah: 6-7).

Ayat ini ditafsirkan oleh nabi shalAllahu ‘alaihi wa sallam bahawa orang-orang yang dimarahi adalah orang-orang Yahudi, kerana Mereka mengetahui kebenaran tapi tidak Mahu mengikuti kebenaran tersebut. Sedangkan jalan orang-orang yang sesat adalah orang-orang Nasrani, kerana Mereka beramal tapi tidak dengan ilmu.

Keutamaan melakukan amalan-amalan sunnah.

Kemudian diantara hal yang amat cepat mengantarkan seseorang kepada memperoleh kecintaan dari Allah adalah aktif melakukan amalan-amalan sunnah sebagaimana yang terdapat dalam hadis yang sedang kita bahas ini. “Bila seseorang telah dicintai Allah maka seluruh makhluk akan mencintainya. Disebutkan dalam hadis lain bila Allah telah mencintai seseorang, Allah memanggil Jibril dan memberitahunya bahawa ia telah mencintai si fulan, maka Allah menyuruh jibril untuk mencintainya, selanjutnya Jibril pun memberitahu para malaikat bahawa Allah mencintai si fulan, maka seluruh malaikat mencintainya, kemudian Allah menjadikannya orang yang diterima di bumi”. (HR. Bukhari no: 3037, dan Muslim no: 2637).

Kemudian diantara keutamaan amalan sunnah adalah untuk menyempurnakan amalan wajib yang punya nilai kurang dalam pelaksanaannya. Kemudian melakukan amalan sunnah perlu pula mengurut seperti dalam amalan wajib ertinya kita mulai yang lebih utama dari amalan-amalan sunnah. Kalau dalam solat umpamanya setelah sunnah rawatib solat witir dan tahajud. Kemudian perlu pula diperhatikan kondisi dan situasi amalan tersebut, seperti saat mendengar adzan yang afdhol adalah menjawab azan, bukan membaca Al Qur’an sebagaimana yang dilakukan oleh sebahagian orang. Begitu pula bahagi seorang yang memiliki harta yang utama bahaginya adalah berinfak dan membantu fakir miskin. Bahagi seorang penguasa adalah belaku adil dan amanah dalam menjalankan tugasnya. Begitu pula halnya dalam berdakwah masing-masing melaksanakan profesi yang digelutinya sesuai dengan aturan Islam serta menyebarkan Islam melalui profesinya tersebut. Maka disini kita perlu menuntut ilmu supaya kita mengetahui tingkatan amalan yang akan kita lakukan.

Ketiga: Tentang sifat Allah Al Kalam (berbicara) dan Al Mahabbah (cinta). 

Hal tersebut diambil dari potongan hadis: “Senantiasa seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya”. 

Kaidah umum dalam beriman kepada nama dan sifat-sifat Allah.

Dalam mengimani sifat dan nama-nama Allah yang terdapat dalam Al Quran dan Sunnah perlu diperhatikan beberapa kaedah penting, yang disimpulkan dari nash-nash Al Quran dan Hadis:

1. Wajibnya beriman dengan seluruh sifat dan nama-nama Allah yang terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah yang shohih. 
2. Tidak menyerupakan sifat-sifat Allah tersebut dengan sifat-sifat makhluk. 
3. Menutup keinginan untuk mengetahui hakikat sifat-sifat tersebut. 

Penjelasan kaedah-kaedah tersebut sebagai berikut;

Bila kita tidak beriman dengan sifat-sifat tersebut bererti kita mendustakan Al Quran dan berita yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalAllahu ‘alaihi wa sallam, setiap orang yang mendustakan Al Qur’an atau berita yang dibawa oleh Nabi shalAllahu ‘alaihi wa sallam maka ia adalah kafir. Sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dengan Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan rasul-rasul-Nya, dan mereka berkata: kami beriman dengan sebahagian dan kami kafir dengan sebahagian (yang lain) dan mereka bermaksud mengambil jalan tengah diantara yang demikian”. (An Nisaa: 150). 

Dan firman Allah lagi:

“Apakah kamu beriman dengan sebahagian kitab dan kafir dengan bahagian (yang lain), maka tiada balasan orang yang berbuat demikian kecuali kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka akan dikembalikan kepada siksaan yang amat berat, dan Allah tidak pernah lengah dari apa yang mereka lakukan”. (Al Baqarah: 85).

Kaedah pertama ini juga menunjukkan kepada kita bahawa medan pembicaraan tentang sifat-sifat Allah adalah sebatas adanya nash dari Al Qu’an atau dari sunnah yang shahih. Kaidah ini menunjukkan pula batilnya sikap orang yang mentakwil ayat atau hadis-hadis yang menerangkan tentang sifat-sifat Allah.

Bila seseorang mentakwil sifat-sifat tersebut bererti ia lebih tahu dari Allah dan rasul dalam menyampaikan suatu berita, sehingga ia merubah maksud dari perkataan Allah dan rasul-Nya. Ini adalah kebiasaan kaum Yahudi yang suka merubah dan memutarbalik perkataan Allah dan rasul-Nya. Yang kemudian diwarisi oleh kaum rasionalisme (Ahlulkalam).

Begitu pula orang yang menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk, bererti ia menyerupakan Allah yang Maha Sempurna dengan makhluk yang serba kurang. Orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk adalah kafir. Kerana tiada satupun makhluk yang meyerupai Allah. Sebagaimana firman Allah:
“Tiada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya”. (Asy Syura: 11). 

Dan firman Allah: ِ
“Maka jangalah kamu menjadikan tandingan-tandungan bahagi Allah”. (An Nahl: 74).

Begitu pula orang yang mempertanyakan bagaimana hakikat sifat Allah tersebut. Kerana Allah itu gaib bagaimana akan boleh mengetahui hakikat sifatnya. Tiada yang mengetahui tentang hakikat sifat Allah kecuali Allah itu sendiri. Sebagai contoh sederhana bahawa akal manusia tidak boleh mengetahui hakikat sesuatu yang amat dekat denganya yaitu nyawa (ruh) manusia itu sendiri, tidak ada seorangpun yang mengetahui hakikat sifatnya, tapi semua orang meyakini bahawa ruh itu ada. tetapi mereka tidak mampu mengetahui hakikatnya.

Jadi dalam sifat Allah kita dituntut untuk beriman atas keberadaan sifat tersebut, bukan ditunutut untuk mengetahui hakikat sifat tersebut. Kerana setiap sifat hakikatnya sesuai dengan zatnya masing-masing sekalipun namanya sama seperti kaki meja tidak sama dengan kaki gajah, kaki gajah tidak sama dengan kaki manusia, sekalipun namanya sama-sama kaki. Begitu pula sayab burung tidak serupa dengan sayap pesawat, begitu pula sayab burung dan sayap pesawat tidak sama dengan sayap nyamuk. Begitulah seterusnya bahawa hakikat setiap sifat sesuai dengan zatnya masing-masing. Sifat sesama makhluk saja tidak sama sekalipun namanya sama. Apalagi sifat Allah yang Maha Sempurna, tentu pasti tidak akan sama dengan sifat yang penuh kekurangan dan kelemahan. Allah mendengar tapi pendengarnya tidak seperti pendengaran makhluk, pendengarannya sesuai dengat zat-Nya Maha Sempurna. Maka pendengar Allah Maha Sempurna dari segala pendengaran. Allah dapat mendengar bisikan hati seseorang, tapi seorang makhluk tidak boleh mendengar suara dibalik dinding. Begitulah kesempurnaan sifat Allah. Allah berbicara tapi tidak seperti makhluk berbicara. Ada orang yang memahami kalau begitu Allah punya lidah, punya tenggorokan, kemudian kerana ini adalah sifat makhluk, ia mentakwil sifat tersebut. Pertama ia menyurupakan Allah dengan makhluk, untuk selamat dari itu ia lari kepada takwil. Yang kedua-duanya adalah jalan sesat. Kalau ia mengerti dari semula bahawa Allah Tidak menyerupai makhluk dalam segala sifat-Nya, tentu ia tidak perlu lagi melakukan takwil. Banyak makhluk yang berbicara tampa mesti memiliki lidah dan tenggorokan, seperti batu yang memberi salam  sewaktu beliau di Makkah. Begitu pula nanti diakhiratkepada nabi  tangan dan kaki manusia akan berbicara menjadi saksi atas perbuatan Mereka tampa ada mulut dan lidah. Oleh sebab itu yang amat perlu difahami adalah hakikat setiap sifat sesuai menurut zatnya masing-masing sekalipun namanya satu. 

Keempat: Pengaruh ketaatan terhadap prilaku seorang muslim.

Hal tersebut diambil dari potongan hadis: “Dan senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarnya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan”.
Kata-kata “senantiasa” menunjukkan bahawa amalan tersebut berkesenambungan yang lebih dikenal dalam istilah syar’i “Istiqomah” dalam melakukan amalan-amalan tersebut. Oleh sebab itu dalam hadis lain disebutkan: “Sebaik-baik amal adalah yang selalu dilakukan sekalipun sedikit”. Tapi sebahagian orang sering melakukan amalan pada suatu saat saja, kemudian lalu ditinggalkan.

Maksud hadis ini adalah bila seseorang istiqomah dalam melakukan amalan-amalan sunnah, ia mendapat pringkat mahabbah dari Allah, orang yang memperoleh peringkat ini Allah menuntun orang tersebut untuk menjauhi kemaksiatan, bukan bererti ia maksum dari kesalahan. Dan memberikan taufiq dan ‘inayah kepadanya untuk melakukan kebaikan dan keta’atan. Sehingga mata seseorang tersebut terjaga dari melakukan maksiat, dari melihat kepada sesuatu yang diharamkan Allah, seperti melihat foto-foto porno dan film-film porno, dsb. tetapi dipergunakannya kepada hal yang bermamfaat baik untuk kehidupan dunia Mahupun kehidupan akhirat, seperti membaca Al Qur’an atau membaca buku-buku agama dan buku ilmu lainnya sepeti ilmu kesehatan, tenik, pertanian dst. Kemudian Allah juga menjaga telinganya dari mendengar kata-kata yang kotor atau cumbu rayu dan nyanyi-nyanyian. Tetapi dipergunakanya untuk kemaslahatan duniawi atau kemaslahatan ukhrawi, seperti mendengarkan nasehat agama atau pelajaran di kampus dan disekolah. Begitu pula tangannya akan dijaga Allah dari melakukan sesuatu yang haram baik dari melakukan pencurian, pembunuhan, penganiayaaan, KKN dan sebagainya. Tetapi tangannya akan dituntun Allah untuk melakukan hal-hal yang positif baik untuk dirinya sendiri Mahupun orang lain. Maka dapat kita simpulkan disini bahawa amal sholeh dapat menuntun seseorang kepada segala hal yang baik sebaliknya menjaga seorang muslim dari ketejerumusan kepada kemaksiatan.

Sebaliknya orang yang lengket hatinya kepada maksiat Allah membiarkannya tenggelam dalam kemaksiatan tersebut.

Sebagaimana firman Allah:

“Maka tatkala Mereka berpaling (dari kebenaran), Allah palingkan betul hati Mereka”. (Ash shaaf: 5).
Hal ini juga diterangkan Rasulullah dan sabda beliau: “Sesungguhnya kejujuran menunjukan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukan kepada surga. Sesungguhnya seseorang senantiasa berlaku jujur hingga dicatat di sisi Allah sebagaia orang yang paling jujur. Dan sesungguhnya kebohongan menunjukan kepada kemaksiatan, dan sesungguhnya kemaksiata itu menunjukan kepada neraka, sesungguhnya seseorang senantiasa berbohong samapai dicatat di sisi Allah sebagai seoranga yang paling bohong”. (HR. Bukhari no: 5743, dan Muslim no: 2607).

Dalam hadis lain: “Sesungguhnya balasan (suatu amalan) sesuai dengan amalan itu sendiri”.

Maka jika amalannya baik, maka balasanya pun baik dan sebaliknya bila amalan tersebut jelek maka balasannyapun jelek. Oleh sebab itu sebahagian ulama mengatakan sebaik-baik balasan sebuah amal shaleh adalah amal shaleh yang mengiringinya, suatu hal yang menunjukkan bahawa sebuah amalan diterima disisi Allah adalah keta’atan yang diiringi oleh keta’atan. 

Kekeliruan orang sufi dalam memahami makna hadis ini.

Sebahagian orang justru memahami makna hadis dengan keliru, seperti kelompok eksrim dari orang-orang sufi, Mereka memahaminya bahawa Allah menjelma dalam pandangan, pendengaran dan tangan serta kaki Mereka. Kebatilan faham ini sangat jelas sekali bahagi orang yang berakal dan orang yang membaca Al Qur’an dan Sunnah. Sebab tidak mungkin pendengaran seseorang, pelihatan dan tangan serta kakinya akan memiliki sfat-sifat ketuhanan. Kalau begitu bila kakinya terjepit atau tangannya terjepit, maka yang terpit adalah tuhan?!. Begitu pula kalau penedengaran dan penglihatannya kabur bererti yang kabur adalah tuhan?!. Pandangan seperti ini membawa kepada kekufuran. Bila ada seseorang perpandangan seperti ini maka tidak perlu diragukan lagi atas kekafirannya. Kerana kekhususan sifat-sifat ketuhanan tidak boleh diberikan kepada makhluk, begitu pula sebaliknya kekhususan sifat-sifat makhluk tidak boleh diberikan kepada Allah. Kalau benar apa yang Mereka pradiksi tentu tidak ada disana lagi istilah hamba dan khlaik. bererti makluk adalah tuhan, tuhan adalah makhluk! ini adalah kekafiran yang amat nyata.

Tentu akan difahami dari kelanjutan hadis tersebut yang berdo’a adalah hamba, dan yang mengabulkan permintaanya adalah ia sendiri. Sungguh amat nyata kekeliruan faham seperti ini kerana Mereka mengingkari akan keberadaan makhluk, atau menyatukan antara keberadaan makhluk dengan keberadaan Khalik. Hal ini dibantah oleh kandungan hadis itu sendiri kerana dalam hadis tersebut disebut ada dua faktor yang saling berhubungan:

Seperti yang terdapat di penghujung hadis bahawa Allah berkata: “Dan jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dariKu pasti Aku akan melindunginya”.
Jadi jelas ada disana dua pelaku yaitu hamba yang meminta dan Allah yang memperkenangkan permintaannya. Begitu pula ada hamba yang memohon perlindungan dan Allah yang memberi perlindungan kapadanya. Oleh sebab itu telah berkata sebahagian ulama: Bila seseorang bedalil untuk kebatilannya dengan Al Qur’an atau hadis shohih, maka sesungguhnya dalam dalil itu sendiri sudah ada jawaban untuk menunjukkan kebatilannya.

Manhaj ulama dalam memahami nas-nas yang mutsyabih (meragukan).

Perlu pula kita ingatkan disini, bila salah seorang di anatara kita menemukan suatu dalil atau perkataan yang meragukan, maka yang perlu kita lakukan adalah mengembalikan pemahaman dalil atau perkataan tersebut kepada dalil yang jelas pengertiannya. Yang lebih dikenal dengan istilah “Raddul Almutasyaabih ila Albayyinaat, wa Almujmal ila Almufashshal” (mengembalikan persoalan yang meragukan kepada hal yang jelas, dan yang global kepada yang rinci). 

Kelima: Balasan yang diberikan Allah untuk orang yang selalu taat pada Allah.

Hal tersebut diambil dari potongan: “Dan jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dariKu pasti Aku akan melindunginya”.

Dari potongan yang terakhir dari hadis ini bahawa para wali itu hanya berdoa dan memohon perlindungan hanya kepada Allah. Bukan kepada para wali, begitu pula wali yang mendapat kedudukan yang terhormat disisi Allah bukanlah tempat untuk meminta kebaikan atau untuk sebagai tempat memohon perlindungan dari mara bahaya. Sebagaimana yang banyak dilakukan oleh orang-orang awam yang tertipu oleh kewalian seseorang, sehingga telah menyeret mereka berbuat syirik kepada Allah. Sekalipun wali namun ia tetap tidak boleh mendatangkan kebaikan Mahupun menolak keburukan dari dirinya sendiri kecuali atas pemberian Allah kepadanya. Juga wali bukan sebagai tempat perantara kepada Allah dalam berdoa, kerana bila menjadikan mereka sebagai tempat perantara bererti telah menyekutukan mereka dengan Allah. Sebagaimana kebiasaan umat nabi Nuh ‘alaihissalam yang telah menjadikan orang-orang sholeh mereka sebagai tempat perantara dalam berdoa kepada Allah. 

Akhir hadis ini juga menerangkan keutamaan wali Allah, bahawa Allah selalu mencurahkan rahmat dan kebaikan kepada orang tersebut serta selalu menjaganya dari berbagai bahaya dan bencana. Lalu mungkin akan timbul suatu pertanyaan dalam benak kita kenapa kita melihat kadangkala para wali Allah itu juga ditimpa kejelekkan dan penyakit seperti nabi Ayub yang ditimpa penyakit begitu pula Nabi kita Muhammad shalAllahu ‘alaihi wa sallam pernah kalah dan cedera dalam perperangan Uhud? Dan banyak lagi contoh-contoh serupa baik ditingkat para nabi dan rasul Mahupun ditinggkat para sahabat dan Tabi’iin?. 

Jawabannya adalah sebagaimana berikut:

1. Diantara hikmahnya adalah untuk menunjukkan bahawa mereka adalah manusia biasa tidak memiliki sedikitpun sifat-sifat ketuhanan. Sehingga tidak terjadi pengkultusan terhadap mereka. 
2. Diantara hikmahnya juga adalah untuk mengangkat derajat mereka di sisi Allah, sebagai balasan atas kesabaran mereka dalam menghadapi berbagai cobaan tersebut.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi shalAllahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya: “Bahawa seseorang itu akan diberi cobaan sesuai dengan tingkat keimanannya”. (HR. At Tirmizy no: 2398).
Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang tersebut semakin besar pula cobaan yang akan dihadapinya. 
3. Diantara hikmahnya lagi adalah untuk menunjukkan bahawa segala yang terjadi di muka bumi ini adalah atas kehendak Allah, dan tidak ada sedikitpun campur tangan seorang pun dari makhluk, sekalipun ia nabi atau wali. 

Kekeliruan sebahagian orang dalam masalah berdoa.

Ada beberapa kesalahan dalam masalah berdoa yang terjadi dikalangan sebahagian sekte sufi yang mana mereka menolak untuk melakukan berdo’a dengan alasan bahawa segalanya telah ditakdirkan Allah, untuk apa kita berdoa kalau kita sudah ditakdirkan jadi penghuni surga ya… sudah pasrah saja sama takdir.Kekeliruan faham seperti ini banyak sekali diantaranya:

Pertama: Berdoa merupakan perintah dari Allah, kalau manusia cukup pasrah kepada takdir tentu Allah tidak akan menyuruh kita kepada sesuatu hal yang sia-sia.

Kedua: Bukankah orang yang paling mengerti dengan masalah takdir adalah para nabi dan rasul termasuk rasul yang paling agung Nabi kita Muhammad shalAllahu ‘alaihi wa sallam, kenapa mereka masih berdoa, kalau doa adalah perbuatan sia-sia tentu Mereka tidak akan melakukannya apa lagi menganjurkannya.

Ketiga: Berdoa disamping ia merupakan sebuah permintaan, doa juga merupakan ibadah yang agung, sebagaimana yang disebutkan Nabi shalAllahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau: “Doa adalah ibadah”. Dalam riwayat lain: “Do’a adalah otaknya ibadah”. (HR. At Tirmizy no: 2969, 3247, 3371).

Keempat: Doa adalah termasuk dari jumlah takdir. Kerana takdir Allah ada dua: Takdir kauniyah dan takdir syar’iyah . Perbedaan antara keduanya adalah:

Takdir kauniyah adalah ketentuan Allah yang mesti terjadi pada setiap makhluk tetapi tidak mesti hal yang ditetapkan tersebut sesuatu yang dicintai Allah. Adapun takdir syar’iyah adalah sebaliknya, ia adalah segala perintah Allah yang diturunkan kepada rasul-Nya, tidak mesti terjadi, dan ia merupakan sesuatu yang dicintai Allah. Oleh sebab itu yang harus kita lakukan adalah melawan takdir kauniyah dengan takdir syar’iah sebagaimana yang terangakan oleh para ulama. Sebagaimana ungkapan Amirul mukminin Umar bin Khatab: “Kita lari dari takdir Allah kepada Takdir Allah”. Kemudian beliau memberi contoh bila seandainya kamu menggembala kambing lalu menemukan padang rumput yang kering, apakah kamu tidak akan mencari padang rumput yang subur?. 

Kelima: Doa adalah sebagai sebab yang diperintahkan Allah untuk dilakukan, sebagaimana makan sebagai sebab untuk kenyang, Barangsiapa yang meninggalkan sebab bererti ia telah membuang fungsi akal, begitu pula orang bergantung kepada sebab semata adalah syirik.

Kemudian diantara kesalahan lain dalam berdo’a adalah ekstrim dalam berdoa, yaitu melampaui batas dalam berdoa, seperti berdoa agar Allah menjadikan gunung kelud jadi gunung emas, atau berdoa agar Allah memberinya keturunan tanpa menikah dan yang seumpamanya. Maka diantara sikap wali Allah adalah tidak meninggalkan berdoa dan tidak pula ekstrim dalam berdoa.

Ringkasan kandungan hadis wali:

Hadis diatas mengandung beberapa pembahasan penting diantaranya:

1. Tentang al wala’ wal bara’ (loyalitas dan berlepas diri). 
2. Bagaimana mendekatkan diri kepada Allah. 
3. Tentang sifat Allah ; Al Kalam (berbicara) dan Al Mahabbah (cinta). 
4. Pengaruh ketaatan terhadap prilaku seorang muslim. 
5. Balasan yang diberikan Allah untuk orang yang selalu taat pada Allah. 
6. Hadis diatas juga memberikan support secara tidak langsung kepada kita untuk menjadi wali Allah atau menjadi penolong wali Allah yang hak. 
7. Kemudian hadis ini juga menunjukkan suatu kelaziman yang berbalik yaitu memusuhi musuh-musuh Allah kerana tidak akan mungkin seseorang menjadi wali Allah atau menjadi penolong wali Allah sementara ia juga berloyalitas kepada musuh Allah atau kepada musuh para wali Allah. Ini sudah suatu kelaziman yang secara otomatis pasti. Kalau tidak, bererti ia belum menjadikan Allah sebagai wali kerana ia mencintai apa yang dibenci Allah. Seperti di masa akhir-akhir ini ada partai Islam yang calegnya dari non muslim. 

WAllahu A’lam bisshawaab

Selawat dan salam buat Nabi kita Muhammad shalAllahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang tetap berpegang teguh dengan petunjuk mereka sampai hari kiamat.

Semoga tulisan ini bermanfaat bahagi penulis dan pembaca serta siapa saja yang berpastisipasi dalam menyebarkannya.

Penulis: Ustadz Ali Musri, M.A.
Mahasiswa Doktoral Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget