Mengenal Imam Mahdi, Hakikat Imam Mahdi, Kemunculan Sosok Imam Mahdi, Dan Dibalik Kegaiban Imam Mahdi.
Mengenal Imam Mahdi
Ketika kemaksiatan berada dimana-mana, kejahatan semakin merajalela dan telah mengalahkan kebajikan, nilai kebenaran di jungkir-balikan, dan yang tersisa hanyalah upaya menyebarkan kebodohan.
Manusia menjadi melupakan hakekat sebenarnya dengan dirinya sendiri dan kepada sang pencipta. Itulah menjadi sebuah pertanda besar kehancuran dunia (kiamat).
Namun akan muncul sosok manusia pilihan yang datang menjadi “tokoh yang ditunggu” untuk membenahi kehancuran dunia.
Tokoh yang mempersatukan seluruh umat Nabi Muhammmad SAW yang terpecah, berserakan, dan dibodohi. Tokoh yang datang dengan membawa syariat Allah SWT dan sunah Nabi Muhammad SAW.
Tokoh yang menghimpun kekuatan dan pasukan untuk melawan dajjal atau si anti Kristus. Kemunculan tokoh itu yang kita kenal dengan sebutan Imam Mahdi.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. dalam sebuah hadis bahwa, Nabi Muhammad SAW bersabda : “Seandainya tidak tersisa dari dunia kecuali satu hari, maka Allah akan memanjangkan hari itu sampai Dia mengutus seorang lelaki dariku atau dari baitku yang namanya menyerupai namaku dan nama ayahnya menyerupai nama ayahku, ia memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi kezaliman dan kecurangan.” (HR.Abu Dawud dan Ath-Thabrani)
Imam mahdi sebenarnya adalah sebuah nama gelar sebagaimana halnya dengan gelar khalifah, amirul mukminin dan sebagainya. Imam Mahdi dapat di artikan secara bebas bermakna yaitu “Pemimpin yang telah diberi petunjuk”. Dalam bahasa Arab, kata Imam berarti “pemimpin”, sedangkan Mahdi berarti “orang yang mendapatkan petunjuk”.
Pengertian lain tentang imam mahdi adalah bentuk isim maf’ul dari hadaa, hudan, hadyan wa hidaayatan. Sedangkan makna al-hudaa adalah ar-rasyaad wa ad-dalaah (petunjuk). Dalam buku berjudul Kemunculan Nabi Isa AS, Imam Mahdi, dan Dajjal karya Syeikh Mutawalli Sya’rawi seorang ulama terkemuka dari timiu tengah mengungkapkan bahwa Ibnu Al-Atsir mengatakan “Arti Al-Mahdi adalah orang yang ditunjukan Allah pada kebenaran. Kata Al-Mahdi sering digunakan untuk nama, sehingga ia seperti sudah menjadi nama-nama yang umum”.
Dalam beberapa kitab agama di dunia, juga menyebutkan konsep-konsep tentang kemunculan Imam mahdi. Dalam agama Buddha ia diberi nama Maetraya yang berarti Buddha akhir zaman atau disebut juga Shammaraja (Raja yang sangat adil), dalam agama Hindu dia diberi nama Krishna, dalam agama Yahudi dia diberi nama Messiah dan orang Cina memanggilnya Ma Sin Sing dan agama-agama lain meramalkan kedatangan penyelamat, tetapi ia menunjuk kepada orang yang sama yaitu Imam Mahdi.
Hakikat Imam Mahdi
Beberapa dianatara kita mungkin memiliki pemahaman yang berbeda antara Imam Mahdi dengan Nabi Isa AS. Dapat dipastikan bahwa mereka merupakan dua manusia yang berbeda, kedua-duanya akan muncul pada hari akhir.
Menurut Hadis Imam Mahdi akan muncul lebih dulu dan Nabi Isa akan datang pada masa kehidupan Imam Mahdi. Selanjutnya, hanya Nabi Isa yang mampu membunuh Dajjal.
Dalilnya sebuah hadis yang menyebutkan bahwa nanti Imam Mahdi akan menjadi imam shalat subuh, dan Nabi Isa AS akan shalat sebagai makmum kepada Imam Mahdi :
“orang-orang mukmin ketika itu berjumlah sedikit sekali. Tokoh-tokoh mereka berada di Baitulmaqdis. Dan imam mereka adalah seorang lelaki yang (amat) soleh. Kemudian Dajjal keluar hingga sampai di Baitulmaqdis, lalu mengepung umat Islam yang berada disana. Ketika Dajjal mengepung umat Islam itu Nabi Isa AS turun, yang ketika itu imam (mereka) hamper mengerjakan sembahyang subuh. Ketika imam melihat Isa, maka dia segera mengenalinya. Lantas si imam mundur agar Nabi Isa AS maju untuk menjadi imam mereka. Nabi Isa AS meletakan kedua-dua tangannya ke atas kudua-dua belah bahu si imam sambil berkata, “Majulah dan jadilah imam. Sesungguhnya sembahyang ini telah diiqamatkan untukmu.” Kemudian Nabi Isa AS sembahyang di belakang si imam. Setelah imam mengakhiri sembahyangnya, Nabi Isa AS berkata, “Bukakanlah pintunya.” Maka pintunya pun dibuka orang. Ketika itu Dajjal langsung ternampak Nabi Isa AS sedangkan dia diikuti 70.000 orang Yahudi Asbihan, lengkap dengan pedang masing-masing dan berjubah hijau.” (Ibnu Majah)
Dengan berpahaman pada hadis tersebut, maka dapat kemudian dinalarkan bahwa imam mahdi bukanlah seorang nabi yang diutus oleh Allah dengan kitab sucinya.
Dia bukanlah rasul yang jibril datang membawakan wahyu untuknya. Dia adalah seorang hamba soleh dianatara manusia di bumi yang telah rusak akhlaknya. Dia berasal dari garis pertalian Nabi Muhammad SAW melalui darah Fatimah untuk mempersiapkan dunia bagi kembalinya Nabi Isa AS.
Darah Nabi Ibrahim AS mengalir pada kedua putranya, Nabi Ishak AS dan Nabi Ismail AS. Ishak yang kemudian menurunkan garis pertalian darah melalui kelahiran Yakub, Yusuf, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, dan Nabi Isa AS sebagai sang messiah.
Dari Ismail terlahir nabi besar Muhammad SAW. Menjadi begitu istimewanya sosok imam mahdi ini karena ayahnya berasal dari garis darah Muhammad SAW dan nabi Ismail. Ibunya berasal dari garis darah nabi Isa dan Ishak.
Dua garis darah dari manusia-manusia unggul pilihan Allah SWT yang kemudian menyatu dalam darah imam mahdi, garis darah yang paling murni yang menyatukan kita semua untuk menghadapi pertempuran terbesar sepanjang masa. Pertempuran dahsyat melawan Dajjal, Yajuj dan Majuj atau Gog dan Magog. Pertempuran antara kebajikan melawan kejahatan.
“Ketika kalian melihatnya (kehadiran Imam Mahdi), maka berbai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR. Abu Daud)
Bersiaplah untuk menyambut kedatangannya dan semoga kita berada dibawah panji-panji kemegahannya !
Kemunculan Sosok Imam Mahdi
Kisah kelahiran orang-orang besar selalu menyimpan rahasia dan misteri tersendiri. Betapa banyak peristiwa yang terjadi pada saat seorang agung lahir yang sungguh di luar kemampuan akal kepala kita untuk memahami dan “mempercayainya”.
Tapi, hal itu bukanlah sesuatu hal yang aneh jika dikaitkan dengan kehendak Ilahi. Karena selama suatu peristiwa masih bersifat mungkin, bukan mustahil, hal itu masih berada di bawah ruang lingkup kehendak Ilahi meskipun termasuk katagori sesuatu yang aneh menurut akal kita.
Begitu pula akan sosok imam mahdi itu sendiri. Kemunculannya di dunia di awali dengan pertanda-pertanda akhir zaman (kiamat).
Tanda-tanda akhir zaman terbagi menjadi dua. Ada tanda-tanda kecil dan ada tanda-tanda besar akhir zaman. Tanda-tanda kecil jumlahnya sangat banyak dan datang terlebih dahulu. Sedangkan tanda-tanda besar datang kemudian, jumlahnya ada sepuluh.
Banyaknya pendapat mengatakan bahwa kondisi dunia dewasa ini berada di ambang datangnya tanda-tanda kiamat. Karena dimasa kita hidup dewasa ini sudah sedemikian banyak tanda-tanda kecil yang bermunculan.
Praktis hamper seluruh tanda-tanda kecil kiamat yang di sebutkan oleh Nabi Muhammad SAW sudah muncul semua di zaman kita. Maka kedatangan tanda-tanda besar tersebut hanya masalah waktu. Tanda besar pertama yang bakal datang ialah keluarnya Dajjal.
Namun sebagian ulama berpendapat bahwa sebelum munculnya Dajjal harus datang dulu tanda penghubung antara tanda-tanda kecil kiamat dengan tanda-tanda besarnya. Tanda penghubung yang dimaksud ialah diutusnya Imam Mahdi ke muka bumi.
Seperti apakah sosok Imam Mahdi tersebut ?
Abu Sa’id al-Khudari mengisahkan bahwa Rasulullah SAW berkata: “Mahdi kita akan memiliki jidad yang lebar dan hidup yang mancung. Dia akan memenuhi bumi ini dengan kedamaian sebagaimana telah terjadinya kebiadaban dan ketidak adilan. Dia akan memimpin selama tujuh tahun”.
Menyimpulkan dari berbagai hadist yang berdasarkan pula pada dasar otentik yang dapat dipertanggung jawabkan dan narasi yang telah diterima diseluruh dunia, Imam Mahdi akan :
- Berasal dari keluarga Nabi Muhammad SAW keturunan dari Fatimah.
- Memiliki jidad yang lebar dan hidung mancung.
- Muncul dalam satu malam.
- Datang sesaat sebelum Akhir Zaman
- Memiliki nama yang sama dengan Nabi Muhammad SAW.
- Lolos dari Madinah menuju Mekkah dimana orang akan berdayung-dayung bergabung dan menjadi pengikut loyalnya.
- Menerima penghargaan dan bantuan dari orang-orang Irak.
- Bertempur dalam peperangan.
- Memimpin Jazirah Arab selama tujuh tahun menurut sunnah.
- Menyebarkan keadilan dan persamaan dimuka bumi.
- Membubarkan keserakahan dan penekanan.
- Memimpin shalat di Mekkah dan Nabi Isa AS menjadi ma’mum.
- Bukanlah orang yang sama dengan Nabi Isa AS.
Dibalik Kegaiban Imam Mahdi
Syariat sejatinya telah gamlang menjelaskan definisi dan menyuguhkan gambaran akan sosok Al-Imam Al-Mahdi.
Namun selama bertahun sampai berabad-abad, dengan berbagai argumentasi yang kuat maupun yang lemah bersemainya penyimpangan tak pelak menjadikan gambaran Al-Imam Al-Mahdi itu menjadi kabur.
Kemunculan sosok imam mahdi ini telah menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda dan bahkan menimbulkan pro dan kontra.
Meskipun bentuk akar kata “hadaa” dijumpai di Al-Qur’an, tapi bentuk kata “Al-Mahdi” tidak ada di dalam Al-Qur’an.meskipun dibeberapa hadist yang masih di perdebatkan, Al-Mahdi sering muncul di sebuah “nama” kehormatan atau gelar.
Namun, makna dan artinya sesungguhnya menunjuk kepada makna biasa yang menjelaskan sosok yang spiritual yaitu yang “memperoleh bimbingan yang benar”, yang telah menerima secara aktif dan mencerap tataran isyarat Ilahiyah dalam kehidupan yang paripura.
Bahkan dalam banyak hal penerima itu sendiri sebagai “Al-mahdi” mereprentasikan kehidupan dalam seluruh tatanah realitas karena cerapannya mewakili pengalaman Isra dan Mi’raj Muhammad SAW.
Namun, tentu saja, aktualitasnya berdasarkan potensi-potensi dasarnya yang sesuai dengan ruang-waktunya, sunnatullah-Nya, dan tentunya berbeda dengan pengalaman Nabi Muhammad SAW di zamannya.
Menukil dalam tulisan Atmonadi, menelanjangi Nabi dan Rasul menyatakan bahawa; dalam kenyataan yang umum, yang dimaksud Al-Mahdi adalah umat Islam yang patuh pada perintah dan laranga Allah SWT, serta mengikuti sunnatullrasul dengan taqwa.
Jadi, apa yang disebut Al-Mahdi secara umum sebenarnya adalah umat islam yang patuh pada perintah dan larangan-Nya sebagai pewaris pengetahuan tauhid melalui washilah Nabi Muhammad SAW.
Karena itu, adalah kemustahilan kalau Al-Mahdi justru menyimpang dari ajaran Islam dimana Shalat mempresentasikan Namaz, Miraj, Iman, Islam, dan Ihsan sebagai penyaksian dan aktualitas Jamal dan Jalal Allah dengan syahadat : “Laa ilahaa illaa Allah, Muhammadurrasulullah”
Penisbahan bahwa semua manusi adalah Pewaris atau Al-Mahdi demikian nampaknya berlaku kepda semua manusia asalakan ia mau mengikuti petunjuk Rasulullah SAW (simak makna terselubung dalam (QS. 9:128-129) dengan pedoman Al-Qur’an sebagai Dzikrul Lil Mu’minun maupun Dzikrul Lil ‘Aalamin).
Dengan kata lain, ia menjadi pewaris dengan mengikuti proses pendidikan yang benar yang serupa dengan Nabi Muhammad SAW dalam banyak pengalaman mendasarnya sebagai manusia yang mampu mengembangkan karakter dirinya sebagai manusia berakhlak mulia.
Jadi, ia mestilah pembelajar. Dan syarat mendasarnya adalah ia seorang yang “ummi” sebagai suatu kiasan kalu ia memahi secara mandiri dari prinsip-prinsip dasar kehidupan yang telah di alami, di jalani, dan di makrifatinya dengan sadar dan tertunduk berserah diri akan kehambaannya di hadapan Yang Maha Tinggi yaitu Allah SWT.
Dan karena itu ia berupaya untuk selalu selaras dengan kehendak Allah serta tampil sesuai dengan ruang waktunya bukan ruang waktu Nabi Muhammad SAW zaman dahulu.
Dengan demikian ia tidak bersandar secara pokok pada pertolongan makhluk karena kebersandaran pada makhluk akan menyeret dirinya ke dalam ketidak mandirian sikap.
Pada akhirnya ia pun tidak akan bersandar pada pertolongan Allah dan tidak menjadi ikhlas dalam mengajarkan apa yang telah dinyatakan oleh nafsu sendiri. Di titik inilah derajat ruhani seseorang akan jatuh dihadapan Allah SWT.
Kemandirian menyebabkan Al-Mahdi (dalam hal ini sosok Imam Mahdi adalah umat Islam secara global) dapat muncul dari kalangan non-Arab dan bahkan sama sekali tidak dapat berbahasa Arab meskipun ia mungkin saja memahami bagaimana huruf-huruf Arab itu disusun dan di kodefikasikan menjadi sebuah wahyu dengan penjelasannya yang rasional maupun intuitif!
Hal ini dimungkinkan karena ia telah memahami hakikat Sastra Wahyu Serat Jiwa sebagai pengetahuan antara untuk menafsirkan gerak-gerik dan tanda-tanda dari pesan-pesan Ilahi, baik yang nyata maupun yang di isyaratkan.
Wallahuallam!
Sumber
Post a Comment