Perkongsian ilmu dan informasi yang berkaitan dengan Islam dan akhir zaman berdasarkan akidah ahlus sunnah wal jamaah.

Pramugari; Aku ingin berhijab tapi...

Catatan Felix Siauw: Di Pesawat, Pramugari Curhat ingin Berhijab 
detikislam.com

Felix Siauw
Dakwah Maya - Bulir-bulir airmata pramugari itu mengalir seiring kata-katanya yang terpatah-patah, "aku ingin berhijab tadz", begitu katanya. 

Hari itu, tarikh 28 februari aku ada di perut burung besi. 

Melompat dari satu bandar ke bandar yang lain, sebagaimana biasanya. Entah mengapa aku tak pernah selesa berada kecuali di kerusi lorong, enggan aku menengok tingkap apalagi tersepit di tengah. 

Dari tempat dudukku, 33F, yang ertinya tengah pesawat, aku tidak memandang isi kandungannya tetapi lebih tertarik pada buku yang baru kubeli. 

Tak lebih dari 3 hari aku baca, aku sudah sampai laman 75. Waktu terbaik membaca memang saat terbang fikir. 

Pramugari melayani penumpang seperti biasa, "nasi ayam atau ikan? mau minum apa? ", soalan sama yang entah berapa kali kudengar. 

Aku tak bernafsu makan mengingat lingkar perut yang terus membimbangkan, kuputusan menempah cawan jus jambu merah kotakan saja. 

Ritual penerbangan selesai, aku pun larut lagi di lembaran tulisan. Tiba-tiba, ada pramugari melutut di sampingku seraya ucapkan salam.


Wajahnya penuh kebimbangan, sepertinya dari tadi dia kumpulkan segenap kekuatan untuk menyapaku, "assalamu'alaikum ustaz ..." 

Sebenarnya malu aku dipanggil ustadz, ilmu belum ada apa-apanya, namun menjelaskan ke satu-persatu orang juga menyulitkan. "Wa'alaikumussalam ... ya mbak?". 

Lalu dia pun memperkenalkan diri, katanya dia sudah bertanya berkali-kali melalui email namun belum terbalas. 

Begitulah, keadaan saya tak membolehkan menjawab email satu persatu. Ada ratusan yang meminta respon via FB, twit, email, mustahil. Sebagai pendakwah, penulis, ahli perniagaan, ayah 4 anak dan suami juga manusia biasa, waktu justru hal yang paling sukar dicari. 

Pramugari itu memperkenalkan diri, Putri nama samarannya, dia menanti jawapan. Sementara penumpang lain melihat saya, membuatku tak selesa. 

Pramugari berbicara serius dengan penumpang, bukan pemandangan yang kau lihat setiap hari. Kerananya, aku terdorong untuk segera jawab. 

"Setelah turun saja ya mbak?" Tawarku. 

"Wah saya terbang balik lagi selepas ini," jelas Putri. 

"Mmm ... enaknya gimana ya?" Tanyaku. Seakan menjawab pertanyaan ini, Putri balik bertanya, "boleh minta hp ummi aja tadz?". 

Aku kemudian menuliskan sederet nombor buat Putri, "ini mbak, silakan aja kalau mau ngobrol". Putri pergi dan aku asyik lagi menikmati bukuku. 

Tak lama lagi, Putri kembali menghampiriku. "Ustaz, boleh bersembang di belakang? temen-temen mau menyediakan ruang kok ". Jadi aku dan Putri serta pramugari lain bercakap di belakang kabin pesawat, dan ia pun memulakan ceritanya dengan terisak. 

"Dulu saya bangga jadi pramugari, tapi semenjak saya suka dengar ceramah dan belajar agama, saya jadi menyesal dan tertekan". "Saya nggak bisa mentaati Allah dengan berhijab, dan saya sukar untuk solat tadz ... saya merasa menduakan solat ..." tuturnya. 

Saya mendengar, tak memotong, walau fikiran saya pemimpin-pemimpin itu. Bukan saya tak tahu gaya hidup pramugari, namun tetap mendengar. 

Putri kembali bercerita keinginannya yang kuat untuk berhijab dan mentaati Allah, bahkan selesai bertugas ia mempertahankan berhijab. 

"Saya ingin untuk berhenti tadz dari pekerjaan ini, tapi saya dikenakan penalti puluhan juta, dan saya bukan orang berada", isaknya lagi. "Belum lagi ibu bapa yang malah menyokong dan bangga apabila saya menjadi pramugari, saya takut mengecewakan mereka", tangisnya semakin jadi. 

Sekitar 10 minit saya mendengarkannya, dengan teman-teman pramugarinya jadi saksi bisu. MasyaAllah, ada hamba-Mu yang mau taat pada-Mu. 

Begitulah hati yang dekat bila sudah mendekat pada Allah, bimbang akan dosanya, takut akan taubat yang terlambat. 

Gengsi dan tingginya pendapatan tiada lagi dipedulikan, dia malu apabila auratnya terbuka, dia tak mau shalatnya diduakan. 

"Apa saya niatkan ke Allah bekerja sampai cukup membayar penalti itu tadz?", Tekadnya mantap. MasyaAllah. 

Minit-minit berikutnya kugunakan untuk menyemangatinya dan menyokongnya, juga pelbagai alternatif penyelesaian baginya. 

Tentang bahawa telah kukirim berbulan lalu surat pada maskapainya untuk membenarkan hijab pramugari, tak kunjung direalisasi. 

Bahawa polis di negeri ini pun tak memberi contoh kebaikan, memang perjuangan menuju kebaikan akan banyak cabaran. 

Aku malu pada diriku sendiri. Aku Muslim, namun tak mampu menolong dan berbuat sesuatu untuk menolong saudaraku taat pada Allah. 

Sementara isak tangisnya, jadi latar nasihatku. Tak juga kunjung selesai masalahnya, pramugari itu, Putri, dia ingin berhijab. 

Allah, Allah, kami hamba-Mu memohon ampun. Kami hidup di bumi milik-Mu, tapi kami sempitkan jalan orang yang mau taat pada-Mu. 

Kami makan rezeki-Mu, kami minta redha-Mu, kami menyembah pada-Mu, namun kami perhitungan dalam kebaikan yang Engkau perintahkan. 

Sekarang kami dasarkan pembukaan undang-undang negeri ini dengan nama-Mu, tapi kami ingkari kewajiban yang engkau wahyukan di kitab-Mu. 

Hari ini kepolisian merumitkan kewajiban hijab, demikian pula syarikat penerbangan. Besok mudah-mudahan Engkau buka hati mereka. 

Dan kami tahu ada ratusan pramugari lain yang rindu taat pada-Mu. Berikanlah mereka kekuatan dan keberanian menyuarakan kebenaran. 

Dan bagi kami yang mendengar esakan mereka untuk mau taat pada-Mu, mudah-mudahan kami istiqamah dalam menyokong agama-Mu. [] Oleh: Felix Siauw (Islamic Inspirator)

Post a Comment

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget