Wanita pemalu – ilustrasi © 500px.com |
Abdullah bin Abu Bakar merasa sangat haus. Sahabat Nabi yang berperan penting dalam hijrah Rasulullah dan Abu Bakar itu tidak memiliki air untuk meneruskan perjalanan. Untunglah, saat itu ia sudah dekat dengan sebuah rumah yang ternyata dihuni oleh seorang wanita.
Abdullah bin Abu Bakar meminta minum kepadanya. Sang wanita tersebut kemudian membawakan segelas air untuknya.
Akan tetapi ia hanya berdiri di balik pintu. “Menjauhlah dari,” kata wanita tersebut, “suruhlah anak kecil untuk mengambil air ini, sebab aku adalah wanita yang hidup sendiri. Suamiku telah meninggal beberapa waktu yang lalu.”
Abdullah kemudian menyuruh seorang anak kecil mengambilkan air itu untuknya. Abdullah yang terkenal sebagai sahabat yang dermawan, segera mengambil sesuatu. “Nak, tolong kau berikan uang ini kepada wanita itu,” kata Abdullah kepada anak kecil tersebut.
Betapa terkejutnya wanita janda itu. Ternyata jumlah uang yang diberikan oleh Abdullah bin Abu Bakar berjumlah 10.000 dirham.
“Subhanallah, apakah engkau mengejekku?” kata janda itu dari balik pintu.
Mendengar jawaban janda itu, Abdullah bin Abu Bakar kembali menyuruh anak kecil tersebut untuk memberikan uang lagi kepada sang wanita yang telah ditinggal suaminya untuk selama-lamanya itu.
“Kalau begitu, aku tambahkan lagi menjadi 20.000 dirham.”
“Aku mohon keselamatan dari Allah,” kata sang wanita mengetahui jumlah itu.
“Kalau begitu aku tambahkan lagi menjadi 30.000 dirham,” timpal Abdullah.
Dalam buku Min Rawa’i Tarikhina (Golden Stories; Kisah-kisah Indah dalam Sejarah Islam), Syaikh Mahmud Mustafa Sa’ad dan Syaikh Dr. Nashir Abu Amir Al Humaidi melanjutkan kisah itu.
“Sorenya, banyak laki-laki yang melamar wanita itu.”
Masya Allah… Allahu akbar. Sungguh benar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.” (Muttafaq ‘alaihi)
“Malu itu kebaikan seluruhnya.” (HR. Muslim)
Malu telah menjadi karakter wanita janda tersebut. Karena malu, ia tidak mau bertemu dengan laki-laki, meskipun ia sebenarnya adalah sahabat Nabi dan ahli ilmu.
Dan malu itu telah mendatangkan kebaikan yang banyak kepada wanita tersebut. Bahkan hanya kebaikan yang datang. Seluruhnya.
Karena sifat malu yang dimilikinya hingga sedemikian rupa ia menjaga diri dan kehormatannya, Allah menganugerahkan kebaikan-kebaikan itu kepadanya.
Bahwa seorang sahabat Nabi yang ahli ilmu kagum kepadanya dan ia menginfakkan 30.000 dirham kepadanya.Kemudian yang lebih dahsyat dari itu, Allah menggerakkan banyak orang mengagumi janda pemalu itu, dan mereka kemudian berlomba-lomba melamarnya.
Demikianlah malu, tidak mendatangkan sesuatupun kecuali kebaikan. Kebalikannya, wanita-wanita yang tidak punya malu, ia pun didatangi banyak keburukan.
Wanita -baik gadis maupun janda- ketika tak lagi punya rasa malu, ketika suka membuka auratnya, maka ia pun terhina di depan banyak pria. Tak ada yang kagum dan hormat padanya, apalagi ahli ilmu.
Dan betapa banyaknya kasus-kasu kejahatan, kasus-kasus pelecehan, bermula dari hilangnya rasa malu dalam diri wanita.
Sumber
Abdullah kemudian menyuruh seorang anak kecil mengambilkan air itu untuknya. Abdullah yang terkenal sebagai sahabat yang dermawan, segera mengambil sesuatu. “Nak, tolong kau berikan uang ini kepada wanita itu,” kata Abdullah kepada anak kecil tersebut.
Betapa terkejutnya wanita janda itu. Ternyata jumlah uang yang diberikan oleh Abdullah bin Abu Bakar berjumlah 10.000 dirham.
“Subhanallah, apakah engkau mengejekku?” kata janda itu dari balik pintu.
Mendengar jawaban janda itu, Abdullah bin Abu Bakar kembali menyuruh anak kecil tersebut untuk memberikan uang lagi kepada sang wanita yang telah ditinggal suaminya untuk selama-lamanya itu.
“Kalau begitu, aku tambahkan lagi menjadi 20.000 dirham.”
“Aku mohon keselamatan dari Allah,” kata sang wanita mengetahui jumlah itu.
“Kalau begitu aku tambahkan lagi menjadi 30.000 dirham,” timpal Abdullah.
Dalam buku Min Rawa’i Tarikhina (Golden Stories; Kisah-kisah Indah dalam Sejarah Islam), Syaikh Mahmud Mustafa Sa’ad dan Syaikh Dr. Nashir Abu Amir Al Humaidi melanjutkan kisah itu.
“Sorenya, banyak laki-laki yang melamar wanita itu.”
Masya Allah… Allahu akbar. Sungguh benar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.” (Muttafaq ‘alaihi)
اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ.
“Malu itu kebaikan seluruhnya.” (HR. Muslim)
Malu telah menjadi karakter wanita janda tersebut. Karena malu, ia tidak mau bertemu dengan laki-laki, meskipun ia sebenarnya adalah sahabat Nabi dan ahli ilmu.
Dan malu itu telah mendatangkan kebaikan yang banyak kepada wanita tersebut. Bahkan hanya kebaikan yang datang. Seluruhnya.
Karena sifat malu yang dimilikinya hingga sedemikian rupa ia menjaga diri dan kehormatannya, Allah menganugerahkan kebaikan-kebaikan itu kepadanya.
Bahwa seorang sahabat Nabi yang ahli ilmu kagum kepadanya dan ia menginfakkan 30.000 dirham kepadanya.Kemudian yang lebih dahsyat dari itu, Allah menggerakkan banyak orang mengagumi janda pemalu itu, dan mereka kemudian berlomba-lomba melamarnya.
Demikianlah malu, tidak mendatangkan sesuatupun kecuali kebaikan. Kebalikannya, wanita-wanita yang tidak punya malu, ia pun didatangi banyak keburukan.
Wanita -baik gadis maupun janda- ketika tak lagi punya rasa malu, ketika suka membuka auratnya, maka ia pun terhina di depan banyak pria. Tak ada yang kagum dan hormat padanya, apalagi ahli ilmu.
Dan betapa banyaknya kasus-kasu kejahatan, kasus-kasus pelecehan, bermula dari hilangnya rasa malu dalam diri wanita.
Sumber
Post a Comment